35. Gilang Dan Hana

6.4K 735 5
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Obrolan Elang dan Zion terus terngiang di kepalanya. Tentang ayam kesayangannya yang menjadi korban pemotongan kakaknya sendiri itu memang benar. Namun, dia sudah tidak peduli dengan itu. Ah, lebih tepatnya sudah dia ikhlaskan.

"Gue harus ketemu sama Tasya, dia dalam bahaya karena dijadikan target sama psiko-psiko apalah itu namanya. Tapi, yang jadi masalahnya adalah," ucapnya menggantung, "gue harus cari dia ke mana? Sedangkan gue gak tau rumah dia."

Gilang hanya bisa mengembuskan napas kesal dan duduk di bangku depan toko. "Pak, numpang duduk, ya. Lagi stres aku, Pak." Bapak sang Penjaga Toko itu hanya mengangguk saja sebagai jawaban. "Terima kasih, Pak."

Jika ditanya bagaimana perasaannya sekarang, tentu kecewa adalah salah satunya. Kenapa? Seorang pria juga boleh merasakan kecewa, 'kan? Kalau perlu, dia juga ingin menangis. Gabrug! Bentakan sepeda motor dengan aspal jalan terdengar begitu keras di telinganya. Gilang dan Papak Penjaga Toko itu tersentak. Mereka segera berlari menghampiri pengendara tersebut di seberang jalan sana.

Beruntung karena tidak banyak kendaraan yang lewat di jalan itu. Jadi, tidak ada korban lain. Bapak Penjaga Toko tadi membantu korban dengan mengangkat sepeda motornya. "Nak, kamu bantu temanmu dulu itu," ucapnya.

Awalnya Gilang keheranan ketika mendengar kata teman. Namun, setelah dia melihat lebih dekat, seragam yang dipakai oleh korban tadi sama seperti seragam sekolahnya. "Ayo, biar gue bantu." Gilang mengulurkan tangannya ke arah korban dan ditanggapi dengan senang hati.

"Terima kasih," ucapnya seraya masih mengibaskan tangannya di rok yang kotor.

"Lo sekolah di SMA Cahaya Bulan juga?" Pertanyaan Gilang membuat sang Korban sontak terhenti dan mengangguk tanpa menoleh. "Gue juga."

Karena dirasa mengenal suara Gilang, korban itu sontak menoleh untuk memastikan. "Oh, Kak Gilang?"

"Eh, tau nama gue?" tanya Gilang sedikit terkejut, "duduk dulu, yuk, kaki lo masih gemeteran gitu."

Gilang memapahnya dengan hati-hati untuk menyebrang jalan, mendudukkannya di bangku toko tadi. "Ponselku?" gumamnya.

Gilang yang mendengar tadi sontak ikut mencari juga. "Ini ponsel kamu? Bapak temuin di pinggir motor kamu tadi." Bapak Penjaga Toko itu memberikan ponsel yang dimaksud dengan segelas air teh hangat.

"Biar gue pegang dulu ponselnya, lo minum dulu aja," ucap Gilang dengan cepat mengambil ponsel dari sang Pemilik.

Klik! Tombol power yang berada di samping ponsel 'tak sengaja tertekan. Dia sontak segera mematikannya lagi, tetapi setelah melihat wallpaper di ponsel itu dia terdiam. "Lo kenal perempuan ini?" Gilang menunjuk orang yang dimaksud, lalu mendapatkan anggukan sebagai jawaban. "Siapa nama lo?"

"Hana?" jawab Hana sedikit bingung.

Ya, korban jatuh dari motor tadi adalah Hana. Hana yang terburu-buru dengan sepeda motornya pun tidak melihat adanya batu besar, alhasil Hana melindasnya hingga motornya oleng.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang