43. Pertarungan

5.5K 681 5
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Sepulang Tasya dari rumahnya, Elang terduduk di sofa seraya bermain ponsel. Dia membuka aplikasi chatting dan melihat beberapa pesan dari Gilang yang menanyakan alamat rumahnya. Elang pun membalas pesan Gilang dengan mengirim alamat rumahnya. Tidak berapa lama balasan kembali masuk.

Gilang :
[Telat, gue udah dapat dari Tasya. Ke mana aja lo baru bales?]

Elang mengernyitkan dahinya ketika membaca balasan pesan dari Gilang. "Tasya, ya? Memangnya tau alamat tepat rumah ini?" gumam Elang.

Gilang :
[Setengah jam lagi gue ke rumah lo, ya.]

Bukannya membalas, Elang justru meletakkan ponselnya di atas meja tamu dan merebahkan tubuhnya di sofa panjang untuk beristirahat. Namun, saat baru saja memejamkan mata, suara gaduh terdengar dari dapur rumahnya.

Elang spontan bangun dari baringannya dan berlari ke dapur. "Ibu Hasna?!"

Raut wajah Elang berubah panik, dia melihat dapur yang sudah berantakan dengan Ibu Hasna yang sudah terbaring tidak sadarkan diri. Elang segera menghampirinya dan menggoyang-goyangkan tubuh Ibu Hasna, berharap agar segera sadar. Tidak ada respons, sebenarnya apa yang telah terjadi?

"Ibu?"

Elang sontak menoleh ke sumber suara. "Lina, ini pasti perbuatanmu, 'kan? Kenapa? Dia tidak ada hubungannya denganmu. Urusanmu itu dengan saya, cukup dengan saya!"

"Kenapa kamu sampai marah seperti itu? Dia bukan ibu kandungmu, 'kan? Dia hanya pembantu. Kenapa harus repot-repot mengkhawatirkannya? Dasar, Idiot." Lina tersenyum licik, sedangkan Elang hanya bisa menatap Lina dengan raut sedikit panik. "Aku muak dengan semuanya. Gadis itu selalu saja menggangguku. Malam ini, gadis itu tidak akan bisa menolongmu, karena dia sedang pergi ke gudang kosong itu. Ya, kamu pasti tau tempat itu. Gudang kosong itu, tempat kamu menghabisiku dan menjadikanku sebagai makanan anjing liar peliharaanmu," lanjutnya.

Mendengar itu, Elang sontak terkejut dan membeku untuk sesaat. Dia berlari ke ruang tamu dan mengambil ponselnya untuk menelepon Tasya, menghentikan apa yang ingin Tasya lakukan. Menurutnya, ini semua adalah urusannya, orang lain tidak perlu ikut campur. Namun, sebelum tangannya sampai menjangkau ponsel itu, Lina sudah lebih dulu menghempaskan tubuh Elang dengan energinya hingga membentur tembok.

"Argh ...," rintihnya, "arwah sialan!" Elang mencoba untuk bangun dan berjalan meraih ponselnya. Namun, lagi-lagi tubuhnya terhempas kuat membentur tembok untuk kedua kalinya.

Crang! Vas besar di sampingnya pecah menjadi kepingan kecil yang berserakan. Di balik rasa kesakitan yang dirasakan Elang, Lina tersenyum untuknya dan merasa puas dengan apa yang sudah dia lakukan. Elang merasakan begitu sakit di punggungnya, dia berusaha bangun kembali.

"Sekalinya kamu mencoba bangun lagi, aku akan melakukan hal yang sama seperti tadi dengan lebih keras!" sahut Lina memberi peringatan.

Elang berdecih pelan. Dia terus memegang belakang kepalanya yang terasa sakit. "Kenapa kau kembali muncul?"

"Tanpa kujawab pun kamu pasti sudah tau jawabanku."

"Dasar—"

"Nak Elang!" Seruan itu sontak membuat Elang menoleh. Brak! Orang yang berseru tadi terhempas membentur tembok dengan keras.

"Pak Dede!" seru Elang ketika melihat satpam rumahnya yang telah terduduk lemas dan tidak sadarkan diri akibat benturan yang benar-benar keras. Elang mengepalkan tangannya dengan kuat. "Biadab, urusanmu itu dengan saya, bukan dengan yang lain!"

"Kamu menyebutku biadab, padahal kamu sendiri lebih biadab dariku! Pembunuh sialan!"

Drttt! Ponsel Elang bergetar di atas meja sana. Dia mencoba untuk bangun dan mengambil ponselnya. Dia berhasil, Elang mengangkat telepon itu.

"Halo, El, lo di rumah, 'kan? Gue ke rumah lo sekarang," ucap Gilang dari seberang telepon.

"Tidak, jangan ke sini!"

"Gue udah setengah jalan, mau mampir ke rumah makan dulu setelah itu ke rumah lo."

"Saya bilang jangan ke sini!" Tubuh Elang terjatuh ketika Lina mendorongnya. Elang menatap ponselnya yang terlempar, teleponnya masih tersambung.

"El, lo gak papa?" Suara Gilang terdengar panik.

"Saya tidak apa-apa. Gilang, dengarkan saya! Untuk sekarang, jangan datang ke rumah saya! Simpan saja buku itu, kamu bisa mengembalikannya di sekolah besok!"

"El, bilang sama gue ada apa?!"

"Jangan cemaskan saya, sudah saya peringatkan jangan datang! Sebaiknya kamu putar balik untuk pulang saja! Ini demi keselamatanmu! Kamu paham?!"

"Gue butuh penje—!"

Crak! Ponsel Elang terhempas dan membentur tembok dengan keras hingga hancur berantakan. Elang menatap ponselnya yang hancur dengan tatapan terkejut. Dia menatap Lina dengan kesal, sedangkan Lina hanya terus tersenyum.

Lina mendekat ke Elang secara perlahan dengan tekanan energi yang begitu besar. "Jangan pernah coba-coba untuk berpaling dariku, Pembunuh sialan!"

***

Setelah perdebatan dengan Lina, Tasya dan Eka kembali melanjutkan mencari gudang kosong seperti yang digambarkan oleh Cio saat hari itu. Dengan Mina, Resti, dan beberapa arwah korban yang membimbing jalan.

"Apa masih jauh?" tanya Eka pada arwah yang membimbing jalan.

"Tidak, sebentar lagi kita sampai di tempat," jawabnya.

Eka pun mengangguk saja dan terus mengikuti arwah itu dari belakang. Sepuluh menit kemudian arwah itu berhenti, sontak Eka pun ikut menghentikan motornya. "Ada apa?"

"Kita sudah sampai," jawab salah satu arwah ketika telah di depan sebuah bangunan kosong. Tasya dan Eka memandangi setiap sudut bangunan tersebut dengan perasaan sedikit takut.

Beberapa sosok dari berbagai jenis pun terlihat di beberapa sudut bangunan. Beruntung karena sosok-sosok itu memiliki energi netral. Tasya melepas helmnya dan turun dari motor, begitupun juga dengan Eka.

"Terlihat sangat menakutkan," ujar Tasya dengan nada sedikit takut. Eka mengangguk, membenarkan apa yang dikatakan Tasya.

"Jangan takut," sahut Resti. Sontak Eka dan Tasya menoleh. "Kami ada di sini."

Mendengar itu, Tasya dan Eka saling tatap dan mengangguk yakin. "Siap?"

"Tentu, ayo lakukan!"

¤¤¤

Cirebon, 12 Januari 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cirebon, 12 Januari 2022

Follow IG ⬇
taa.fn28

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang