Epilog

9.1K 925 131
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian mengerikan itu. Satu sekolah tentunya gempar dengan berita Elang. Tasya mendengar kabar dari kepolisian kalau Zion yang menjadi korban Elang, dia telah kehilangan nyawanya. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, tentang Zion yang sebenarnya adalah salah satu pelaku dari perampokan di rumah Hana.

Tasya juga mendapat kabar, kalau sekarang Elang bukanlah ada di jeruji besi. Namun, Elang sedang menjalani terapi di rumah sakit yang sama seperti rumah sakit saat dia masih kecil. Itu juga permintaan dari pamannya. Ya, pamannya yang baru saja pulang dari Amerika. Tasya duduk di bangku panjang yang ada di rooftop sekolah. Sekarang sudah tidak ada Hana, Hana memutuskan untuk pindah sekolah yang letaknya agak dekat dengan rumah barunya. Meskipun begitu, Tasya masih tetap bisa mengobrol dengan Hana melalui ponsel.

"Tasya, kita jadi pergi ke rumah sakit?" tanya Gilang tiba-tiba muncul.

Tasya sontak menoleh dan mengangguk. "Tapi, sebelum ke sana, boleh aku pergi ke kosannya Mbak Eka dulu? Aku ingin mengucapkan salam perpisahan untuknya."

"Boleh. Yaudah, ayo pergi sekarang!"

Tasya mengangguk dan bangun dari duduknya. Dia mengikuti Gilang ke parkiran sekolah untuk mengambil motor Gilang dan segera melaju menuju alamat kosan Eka yang diberitahu melalui pesan SMS. Besok Eka akan pergi ke luar kota untuk melanjutkan kuliahnya. Karena itu, Tasya ingin mengucapkan salam perpisahan untuknya.

"Ah, itu ada Kak Cio. Kak, di depan sana kita berhenti." Tasya menunjuk ke depan, ke tempat Cio berada.

Meskipun Gilang tidak tahu siapa orang yang bernama Cio, tetapi Gilang mengangguk saja dan menghentikan motornya tepat di depan orang yang Tasya tunjuk. Mereka turun dari motor dan melepaskan helmnya masing-masing.

"Sama siapa?" tanya Cio kepada Tasya seraya menunjuk Gilang dengan lirikan matanya.

Tasya yang mengerti dengan pertanyaan Cio pun sontak menoleh ke arah Gilang sekilas. "Oh, dia Kak Gilang."

"Sekarang sudah ada yang lain, ya?" Pertanyaan Cio membuat Tasya sontak berpikir. "Ah, tidak, lupain aja. Oh, iya, saya Cio. Salam kenal."

Gilang menerima uluran tangan Cio. "Gilang."

"Tasya!" seru Eka dengan senyum lebarnya berlari menghampiri Tasya dari dalam kosan. "Akhirnya datang juga, aku tungguin dari tadi. Eh, Gilang juga ikut?"

"Iya, Mbak, soalnya tadi mau ke rumah sakit buat jenguk Elang, tapi Tasya bilang mau ke sini dulu. Makanya aku anterin dia dulu sekalian aku juga mau mampir. Gak papa, 'kan?" Gilang menggaruk lehernya dengan perasaan tidak enak.

Eka mengangguk dengan cepat. "Tentu boleh dong. Kalau begitu masuk saja, yuk, ada Mbah juga di dalam." Eka menuntun Tasya masuk ke kosannya, meninggalkan Gilang dan Cio yang masih saling lirik.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang