47. Lina

6K 745 15
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Kembali lagi dengan Tasya dan Eka, mereka melaju menuju rumah Elang dengan diselimuti perasaan gelisah. Tasya sudah mencoba memanggil ke nomor Gilang berkali-kali, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. "Mbak, itu mobil polisi yang tadi, 'kan?" Tasya menunjuk mobil polisi di depan mereka.

"Benar, nomor plat mobilnya memang sama, tapi kenapa mereka melaju ke jalan ini?"

"Mbak, Tasya benar-benar merasa gelisah," timpal Tasya dengan nada takut.

"Tenanglah, Tasya, semoga tidak terjadi apa-apa." Tasya menganggukkan kepalanya. "Kita ke mana lagi sekarang?"

"Di pertigaan nanti belok kiri, Mbak. Terus tinggal lurus aja," jawab Tasya memberikan arah jalan.

Eka pun mengangguk mengerti, dia melajukan motornya menuju rumah Elang. Lima belas menit telah berlalu, Eka menghentikan motornya di jalan yang tidak jauh dari rumah Elang. Mereka turun dari motor dengan raut penuh keheranan.

"Kenapa rumahnya ramai?" tanya Tasya masih dengan rasa penasaran.

Tasya dan Eka berjalan mendekat ke rumah Elang dengan perlahan. Menerobos sekumpulan orang yang memenuhi pagar rumah. Tasya melihat sekeliling, dia baru menyadarinya, semua orang memandang ke atas. Ada apa?

Tasya sontak mendongakkan kepala dan dengan seketika matanya membulat sempurna. "Elang!" teriaknya dengan nada panik.

Karena teriakan Tasya yang keras, orang-orang di lokasi sontak menoleh ke arahnya. Tasya tidak peduli dengan pandangan orang lain tentang dirinya, dia hanya ingin masuk.

"Tasya!" Tasya sontak menoleh ke sumber suara. "Kamu datang?"

"Kak Gilang? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Tasya.

Gilang menghampiri polisi penjaga. "Biarkan mereka masuk, Pak. Mereka teman saya." Polisi itu mengangguk, membiarkan Tasya dan Eka masuk.

"Kak Gilang, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Tasya mengulang.

"Gue juga sebenarnya gak tau, gue udah bilang sama lo kalau gue mau ke rumah Elang buat ngembaliin buku pelajaran, 'kan?" Tasya mengangguk. "Waktu gue di jalan, gue telepon dia buat ngasih tau, tapi dia bertingkah aneh. Dia nyuruh gue buat gak ke sini dan lebih baik pulang untuk keselamatan gue. Karena khawatir, gue tetep ke sini, tapi setelah gue sampai di sini, gerbang rumahnya udah kebuka dan gak ada Satpam yang jaga."

Gilang menarik napas panjang dan mengembuskannya kembali. "Gue pikir mungkin Satpam lagi ke toilet dan lupa buat tutup gerbang. Akhirnya gue masuk dan tutup gerbangnya. Gue coba masuk ke rumah Elang, pintunya terbuka sedikit. Gue ngintip dari celah pintu itu buat ngeliat ada orang atau gak di dalam. Namun, gue malah ngeliat Elang yang membabi buta seseorang. Gue juga ngeliat Satpam di sana, kayaknya pingsan. Gue takut, gue panik, gue coba telepon lo berkali-kali, tapi lo gak angkat sekali pun. Sampai akhirnya gue telepon polisi ke sini."

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang