23. Melamar Pekerjaan

8K 1K 22
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Maaf, Bu, apa Ibu sedang membutuhkan asisten untuk menjaga warung Ibu?" tanya Tasya pada ibu-ibu pemilik warung dengan sopan.

Seperti ucapannya yang kemarin, hari ini Tasya akan mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya. Mendengar suara Tasya, ibu pemilik warung itu sontak menoleh ke Tasya dan tersenyum tipis. "Maaf, Dik, sudah ada anak ibu yang menjaga."

Tasya hanya bisa tersenyum getir. "Baik, Bu, tidak apa-apa. Saya pergi dulu, ya, Bu. Terima kasih."

Ibu pemilik warung itu mengangguk pelan. Tasya kembali mencari warung-warung lagi untuk menawarkan diri. Beberapa warung sudah Tasya coba, tetapi masih belum ada yang bisa menerima dirinya untuk bekerja.

"Tasya, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Mina dengan nada khawatir. Tasya mengangguk saja sebagai jawaban. "Kamu yakin? Sebaiknya kamu beristirahat saja dulu. Kamu sudah jalan jauh dari rumah."

Tasya mengembuskan napasnya pelan. Tasya melihat bangku panjang di pinggir jalan dan segera mendekatinya. Dia duduk di bangku itu seraya meminum minumannya yang dia bawa dari rumah.

"Mina," panggil Tasya. Mina sontak menoleh ke arah Tasya. "Mau minum?"

"Kamu lupa? Aku, kan, sudah bukan manusia lagi." Mina menatap Tasya kesal.

Tasya terkekeh kecil. "Aku bercanda."

"Bercandamu tidak lucu!"

Tasya kembali tertawa renyah, kemudian tawanya tiba-tiba berhenti ketika melihat warung kopi yang berada di seberang jalan sana. Seketika Tasya mengingat suatu hal, tentang ibu-ibu pemilik warung kopi yang pernah menolongnya saat malam itu.

Senyumnya mengembang. "Mina, aku teringat seorang ibu-ibu pemilik warung kopi yang pernah menolongku mengobati luka ini saat malam itu. Apa aku coba ke sana saja, ya?" tanya Tasya meminta persetujuan seraya menunjuk bekas luka di pipi kirinya.

Mina bergumam seraya mencoba untuk mengingat-ingat apa dan siapa yang dimaksud Tasya. "Oh, iya, aku ingat. Kamu benar, coba ke sana saja."

Tasya mengangguk mantap. "Ayo, Mina!" ajak Tasya dengan semangat seraya bangkit dari duduknya.

"Emh ... maaf, Dik, kamu baik-baik saja?" tanya seorang laki-laki dengan hati-hati. Tasya sontak menoleh ke laki-laki itu dengan bingung. "Maaf, soalnya tadi Adik terlihat bicara sendiri."

Sial! Tasya lupa kalau dia sedang berada di lingkungan ramai. Pantas saja beberapa orang yang lewat tadi melihatnya seraya terkekeh kecil.

Tasya sontak menggeleng cepat. "Itu ... saya tidak apa-apa, kok, Om, Pak, Kak?" ucap Tasya bingung sendiri. Pasalnya dia tidak tahu berapa usia laki-laki itu, dia tidak tahu harus memanggilnya apa. "Saya hanya sedang latihan drama untuk tampil di acara sekolah nanti," lanjutnya.

"Begitu, ya? Yasudah, syukur kalau kamu tidak apa-apa. Saya pergi dulu, ya." Tasya mengangguk, kemudian laki-laki itu pergi.

Tasya menoleh ke arah Mina yang ternyata sedang tertawa sendiri. Tasya hanya menatapnya dengan penuh kesal. "Dasar manusia tidak tau tempat," ejeknya.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang