16. Mbak Eka?

10K 1.1K 12
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Beberapa minggu telah berlalu. Namun, kejadian itu masih membekas dalam ingatan Elang maupun Tasya. Selama itu mereka tidak saling bertegur sapa meskipun berpapasan saat di sekolah. Bahkan mengirim pesan pun sudah tidak pernah.

"Tasya, bantu kami," bisik salah satu arwah dari korban Elang kepada Tasya dengan nada lirih.

Tasya yang sedang asik menikmati nasi gorengnya pun seketika terhenti. Dia menjauhkan piring itu karena selera makannya telah hilang.

"Ada apa, Tasya?" tanya Hana kebingungan ketika melihat raut wajah Tasya yang tiba-tiba saja berubah.

Tasya menggeleng dan tersenyum paksa. "Tidak apa, Hana, aku hanya merasa sudah kenyang saja. Jadi, selera makanku menjadi berkurang. Aku ke toilet dulu, ya."

Hana mengangguk seraya tersenyum. Tasya pun segera beranjak dari tempatnya dan menuju toilet perempuan di sekolah.

Tasya berhenti tepat di depan cermin besar tempat wastafel. Dia menatap pantulan dirinya di cermin dan menghela napas lelah.

"Tasya, tolong kami." Suara itu lagi? Kenapa suara itu hadir kembali? "Tasya, tolong kami.”

Suara itu kembali bersahut-sahutan. Tasya memutar badannya dan melihat sekitar dengan wajah sedikit panik. Suara itu masih menggema di telinganya. Di mana mereka? Tasya tidak bisa melihatnya.

Iya, semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu, hampir setiap hari arwah korban Elang berdatangan secara bergantian. Lalu, mereka selalu mengatakan, "Tasya, tolong kami". Awalnya Tasya bisa berpura-pura tidak peduli, tetapi lama-kelamaan Tasya menyerah dan merasa sedikit stres.

Tasya meringkuk takut seraya menutup kedua telinganya. Pikirannya kacau, dia merasa terganggu dan sangat stres saat ini. Suara-suara itu ‘tak kunjung hilang dari pendengarannya.

Air mata Tasya mengalir begitu saja. Untuk pertama kalinya lagi dia merasa takut. Tubuh Tasya bergetar hebat. Tasya merasa heran, kenapa tidak ada seorang pun yang datang ke toilet.

Tasya mulai menghentikan tangisannya, suara-suara itu perlahan terdengar semakin menjauh dan menghilang. Tasya mendongakkan kembali kepalanya untuk melihat sekitar.

"K-kau!" seru Tasya terkejut dengan kehadiran sosok Lina di depannya. Dengan senyuman picik Lina, Tasya menatapnya dengan sedikit takut. "Apa yang kauinginkan?"

"Kamu tidak perlu takut seperti itu. Aku tidak akan mengganggumu lagi, bahkan aku bisa menjagamu dari arwah-arwah brengsek tadi jika kamu mau. Sebagai imbalan karena kamu sudah mau menjauhi Elang dan membiarkanku untuk membalaskandendamku padanya." Lina mengatakannya dengan tersenyum dan mata yang berbinar-binar.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang