21. Gilang

9K 1K 15
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Elang terduduk di pinggiran rooftop. Membiarkan embusan angin menerpa wajahnya. Bel istirahat telah berbunyi dari beberapa menit yang lalu dan Elang lebih memilih untuk pergi ke rooftop saja.

"Yo, El!" seru seseorang menyapa Elang. Elang sontak menoleh ke sumber suara. Seseorang itu adalah Gilang, Gilang berjalan mendekatinya dan ikut duduk di sampingnya. "Buat lo."

Elang menerima sebotol minuman teh yang diberikan oleh Gilang padanya dan mulai meminumnya. "Terima kasih."

"Santai aja," ucap Gilang seraya tersenyum tipis.

"Ngapain kamu ke sini? Tidak biasanya kamu ikut saya ke rooftop."

Gilang menghela napas pelan. "Tidak apa-apa, aku hanya ingin," ucap Gilang meniru gaya bicara Elang yang selalu menggunakan bahasa baku. Akibatnya, Gilang mendapatkan tatapan tajam dari Elang. "Bercanda. Gimana kemarin?"

"Tentang apa?" tanya Elang meminta agar Gilang bertanya lebih jelas.

"Jalan-jalan sama teman perempuan. Lancar?" tanya Gilang tanpa basa-basi.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Gilang padanya, Elang terdiam sesaat dan kembali menghela napas lelah. "Begitulah. Sepertinya saya salah tempat saat mengajaknya pergi."

"Maksudnya salah tempat? Kalian nyasar gitu?" Gilang menatap Elang dengan penuh tanya.

"Bukan. Maksud saya, saya rasa telah salah kalau saya membawanya ke tempat bioskop. Seharusnya saya membawanya ke tempat lain. Tapi, sepertinya dia juga tidak suka berbelanja." Elang menatap lurus ke depan seraya memainkan botol minuman yang berada di tangannya.

Mendengar jawaban dari Elang tadi, Gilang pun memandang lurus ke depan juga. "Memangnya kenapa? Dia tidak suka menonton film bioskop?"

Elang menggeleng pelan. "Saya juga tidak tau. Tapi, saat itu dia bilang kalau dia memang tidak sedang ingin menonton film apa-apa. Lalu, saya memaksanya untuk ikut menonton film horor. Setelah itu, dia bilang kalau dia sama sekali tidak takut dengan genre horor."

"Kok, bisa? Biasanya cewek kalau nonton film horor itu pasti teriak-teriak." Gilang menatap Elang dengan heran.

"Dia bilang kalau dia sudah biasa melihat hal seperti itu." Mendengar itu, Gilang sontak mendelik ke Elang dengan tatapan penuh tanya.

Elang yang melihat ekspresi Gilang pun seketika teringat ucapan Tasya saat di bioskop waktu itu. 'Oh, iya, tolong rahasiakan kelebihanku pada orang-orang'.

Elang kemudian menggeleng dengan cepat. "Ah, maksudnya itu dia sudah biasa menonton film horor. Karena itu, dia sudah tidak merasa takut lagi."

"Oh, begitu, ya?" Gilang mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Menurut gue, lo bukan milih tempat yang salah. Tapi, lo milih genre film yang salah. Lain kali kalau ngajak cewek nonton itu pilihnya genre yang romantis."

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang