49. Tragedi Di Masa Lalu

6.2K 713 32
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Polisi membawa Elang untuk segera keluar dari rumah. Namun, sebelum polisi benar-benar membawanya, Elang membuka mulutnya. "Tunggu, boleh saya meminta waktunya sebentar?"

Kedua polisi itu menoleh ke Tasya dan Eka. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan, lalu mengembuskan napasnya pelan. "Silakan."

"Terima kasih." Elang sontak melangkah mendekat ke Tasya. "Tangan saya kotor, orang pertama yang saya lihat juga kamu, apa saya telah melakukan sesuatu ke kamu?"

Tasya sontak menggeleng. "Tidak."

"Lalu, kenapa penampilan saya kacau seperti ini?" tanya Elang seraya melihat bajunya yang terdapat bercak noda darah merah.

"Anda telah menghilangkan satu nyawa dengan tangan Anda sendiri," jawab salah satu polisi.

Elang sontak terkejut, benarkah? "Tapi, saya tidak mengingat apa pun."

"Wajar saja, kamu kerasukan," sahut Eka.

"Maksudnya, saya—" Elang menghentikan ucapannya. Kerasukan? Seketika dia terlihat gelisah. "Pak, siapa nama korban yang saya hilangkan nyawanya? Apa korban itu—"

"El!" Panggilan Gilang yang tiba-tiba datang membuat ucapan Elang terpotong. "Maaf."

Hanya satu kata. Elang memasang raut penuh tanya untuk Gilang. Tasya yang melihat wajah cemas Gilang pun sontak membuka suaranya kembali untuk mengalihkan topik. "Ibumu ada di sini," ujar Tasya.

Elang membulatkan matanya terkejut. Dia mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Melihat tingkah Elang, Tasya mulai paham. Dia pun memanggil Resti untuk mendekat ke arahnya. Namun, dia terpaku sesaat. Dia melihat sosok pria tadi. Karena penasaran, Tasya menatap sosok itu dan memberikan isyarat untuk mendekat.

Sosok pria itu terlihat tersenyum senang, dia pun mendekat ke arah Tasya dan berdiri di samping Tasya. Kini, dua sosok telah berada di sisi kanan dan kirinya. "Sudah saya duga, kamu bisa melihat saya," bisik sosok pria tadi, "saya papanya Elang."

Mendengar bisikan dari sosok pria di sampingnya, Tasya terdiam sesaat dan berpikir. Lalu, tersenyum entah kenapa. "Mereka ada di sampingku," ucap Tasya, "kedua orang tuamu."

Elang lagi-lagi terkejut. "Bukankah hanya ada Mama?"

Tasya menggeleng pelan. "Tidak. Papamu masih di sini."

Eka berjalan mendekati Elang, lalu melakukan sesuatu kepada Elang. Eka menutup kedua mata Elang dengan tangannya dan membisikkan sesuatu. Entahlah, Tasya juga tidak mengerti. Elang membuka matanya secara perlahan. Dia terkejut, air matanya turun dengan deras. Elang berjalan mendekat kepada kedua orang tuanya dengan tatapan tidak percaya.

"Mama, Papa," panggilnya dengan lirih di sela isak tangisnya.

Tasya melihat kedua orang tua Elang yang tersenyum. Namun, dia merasakan ada hal yang salah. Dia melihat papanya Elang selalu mencuri pandang ke Resti. Namun, Resti seperti tidak mengetahuinya dan tidak melihat ada keberadaan arwah suaminya sendiri.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang