19. Teman Hantu Baru

9.8K 1.1K 16
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Besoknya, Tasya kembali ke sekolah seperti biasa. Dia menaiki sepedanya yang telah diperbarui beberapa hari lalu. Tasya mengayuh pedal sepedanya dengan cepat.

"Mina, kenapa mengikutiku?" tanya Tasya kepada Mina yang berada di belakangnya.

"Aku, kan, memang sudah mengikutimu dari lama," jawab Mina dengan nada bingung.

Tasya menghela napas pelan. "Maksudku, kenapa kamu tidak menghilang dan menungguku di sekolah saja?"

"Tidak mau." Mina menggeleng. "Aku ingin terus bersamamu, Tasya. Aku mau di sini saja, menemanimu agar tidak sendirian."

Mendengar itu, Tasya pun tersenyum simpul. "Yasudah, terserah kamu saja." Tawa renyah mereka pun terdengar. "Oh, iya, Mina. Aku akan menceritakan kejadian ini ke Mbak Eka."

Satu detik, dua detik, tiga detik, tidak ada jawaban dari Mina. Tasya pun mengerutkan keningnya keheranan. "Mina? Mina, kamu masih di situ, 'kan? Mina."

Tetap tidak ada jawaban. Tasya pun sontak menghentikan kayuhannya dan menoleh ke belakang untuk mengecek apakah Mina masih berada di belakangnya atau tidak.

"Tidak ada? Ke mana dia? Kenapa tiba-tiba menghilang? Dia bilang ingin menemaniku agar aku tidak sendirian." Tasya menghela napas berat. "Yasudahlah, aku lanjutkan saja."

Tasya pun memulai mengayuh pedal sepedanya kembali. Di sepanjang jalan Tasya bersenandung, menyanyikan lagu yang dia tahu meskipun lagu yang dinyanyikannya selalu berubah-ubah sebelum lagu itu selesai.

Lima belas menit telah berlalu, Tasya mengayuh sepedanya melewati gerbang sekolah dan memarkirkannya di tempat parkir khusus sepeda. Tasya turun dari sepedanya dan segera berjalan menuju kelas.

"Selamat pagi!"

Tasya sontak menoleh ke sampingnya, melihat siapa yang menyapanya duluan. "Oh, Elang. Selamat pagi!" balasnya seraya tersenyum simpul.

Di koridor, mereka pun berpisah, karena kelas mereka saling berjauhan. "Aku ke sini, ya," ucap Tasya seraya menunjuk koridor sebelah kanan. Elang mengangguk dan tersenyum tipis.

Tasya mempercepat langkahnya dan memasuki ruang kelasnya. Tasya sedikit terkejut ketika melihat Mina yang sudah duduk di atas meja seraya tersenyum kepadanya. Tasya pun menghela napas berat dan menghampirinya.

"Pagi, Tasya," sapa Hana seraya menunjukkan senyum cerianya. Tasya pun membalas sapaan tersebut seraya tersenyum pula.

***

Jam istirahat telah datang. Pelajaran pertama dan kedua telah selesai. Siswa dan siswi sontak berlarian keluar dari kelasnya masing-masing dan berlomba untuk menempati kursi kantin.

"Tasya," panggil Hana. Tasya pun menoleh. "Mau ke kantin?"

"Emh, untuk hari ini sepertinya tidak dulu, ya. Aku mau ke UKS."

"Kamu sakit?" Hana memasang raut penuh khawatir.

Tasya pun sontak menggeleng cepat. "Tidak, bukan begitu. Aku ingin bertemu dengan Mbak Eka, ada hal yang ingin aku bicarakan dengannya."

"Mbak Eka? Penjaga UKS itu, ya? Yaudah, kalau gitu aku duluan, ya." Tasya pun mengangguk dan Hana pergi menuju kantin dengan yang lainnya.

Tanpa buang waktu lagi, Tasya pun segera melangkahkan kakinya menuju UKS. Tak butuh waktu lama, Tasya sudah berada di depan pintu UKS. Tasya pun mengetuknya dan membukanya perlahan. "Permisi."

"Tasya? Ayo masuk." Tasya pun mengangguk dan tersenyum simpul. Tasya menutup kembali pintu UKS itu dan duduk di kursi depan Eka. "Ada apa, Tasya?"

"Sebelumnya Tasya mau minta maaf karena sudah mengganggu Mbak. Tasya mau cerita sama Mbak, soal ... Elang." Mendengar kata Elang, Eka pun sontak menatap Tasya dengan penuh tanya. "Kemarin dia melakukannya lagi, Mbak."

Terkejut? Tentu saja. Eka sontak mengerjapkan matanya beberapa kali. "Benarkah? Maaf, Tasya, aku benar-benar tidak tau. Aku tidak melihat waktu dalam bayangan itu, aku hanya melihat tempatnya. Di gudang kosong jalan delima, dia melakukannya di sana, 'kan? Aku pikir dia akan melakukannya malam ini. Aku gagal untuk mencegahnya."

Melihat raut wajah Eka yang berubah menjadi sedih, Tasya pun sontak menggeleng cepat. "Tidak, Mbak. Mbak tidak salah, kok. Meskipun begitu, tapi Tasya masih bisa buat Elang untuk berjanji tidak akan melakukannya lagi, meskipun Tasya juga terlambat untuk mencegahnya."

"Benarkah begitu? Dia sudah berjanji untuk tidak melakukannya lagi?" Tasya mengangguk cepat. Melihat itu membuat Eka menjadi sedikit lebih tenang.

"Mbak, Tasya ke toilet dulu, ya." Eka mengangguk. Tasya pun segera keluar dari UKS dan bergegas ke toilet perempuan sekolah.

Setelah selesai, Tasya keluar dari bilik toilet dan begitu terkejutnya dengan kehadiran beberapa sosok arwah di depannya. Sebenarnya Tasya ingin berpura-pura untuk tidak melihat mereka, tetapi dia sudah terlanjur memberikan reaksi terkejut seperti tadi. Jika, dia bersikap berpura-pura tidak melihat, itu akan sia-sia.

Tasya menghela napas berat. "Apa yang kalian inginkan?"

"Kami adalah korban pembunuhan Elang," ucap salah satu arwah di antara mereka.

Tasya sontak mengingat wajah mereka yang memang benar mereka adalah korban Elang, mereka juga yang berada di belakang Elang. Iya, Tasya mengingatnya. "Lalu, apa yang kalian inginkan?" tanya Tasya.

"Jangan pergi dan jauhi Elang lagi, tolong hentikan Elang. Kejadian kemarin malam membuat kami cemas kalau Elang akan menjadi liar kembali. Cukup, kami tidak mau ada korban lain lagi. Semakin banyak korban, semakin banyak arwah yang akan menyimpan dendam padanya."

Tasya terdiam untuk berpikir sejenak. "Kamu benar, tapi apa imbalan untukku?"

"Kami akan selalu melindungimu dari Lina. Kami akan menjadi temanmu. Kami akan ada di saat kamu kesulitan. Percaya pada kami."

Tasya menatap arwah itu satu per satu dan terkekeh kecil. "Aku tidak akan menjauhi Elang lagi dan menerima kalian menjadi temanku. Lupakan soal imbalan yang aku tanyakan tadi, aku hanya bercanda."

"Terima kasih, Tasya. Kami pergi dulu," ucapnya. Tasya pun mengangguk dan wushh! Mereka menghilang dengan sekejap.

Tasya kembali menghela napas berat. Dia menggelengkan kepalanya dan terkekeh sendiri. "Lagi-lagi aku mendapat teman hantu. Tidak habis pikir kenapa mereka menemuiku seperti ini. Aku merasa seperti mereka telah memergokiku yang sedang berbuat sesuatu. Dasar, satu teman hantu saja sudah membuatku pusing."

¤¤¤

Cirebon, 30 Juli 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cirebon, 30 Juli 2021


follow ig => taa.fn28

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang