42. Misi dimulai! 2

5.6K 692 11
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Besoknya, seperti yang sudah dijanjikan, tepat jam delapan malam Eka menjemput Tasya ke rumahnya dengan sepeda motornya. Tasya pun sudah siap untuk pergi dengan Eka. Tasya menoleh dan tersenyum senang menyambut kedatangan Eka.

"Ayo, Mbak, istirahat dulu saja," ajak Tasya. Eka mengangguk dan turun dari motornya. Tasya mempersilakan Eka untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Tasya membuatkan minuman teh manis untuk Eka. "Silakan, Mbak."

"Terima kasih banyak, Tasya." Tasya mengangguk seraya tersenyum. Eka meminum teh manis tadi beberapa tegukan. "Oh, iya, Tasya, kemarin aku ke rumah Mbah. Dia memberikan ini, untuk berjaga-jaga kalau ada arwah yang berniat jahat pada kita."

Tasya melihat sebotol air putih di tangan Eka. "Itu air yang pernah Mbak beri ke Tasya, 'kan?"

Eka mengangguk. "Iya. Ah, iya, satu lagi. Kamu tau di mana tempat gudang kosong itu?"

"Di Jalan Delima. Tasya tidak tau di mana tepatnya, maaf. Saat itu Tasya pernah ke sana untuk mencari Elang, tapi sebelum sampai ke gudang itu, Tasya sudah lebih dulu menemukan Elang di tengah jalan. Kata orang-orang, jalan itu sangat angker. Memang, sih, di sana ada lumayan banyak makhluk bermacam jenis dan energinya. Kita harus benar-benar waspada."

"Begitu, ya?" gumam Eka. Tasya yang mendengar gumaman Eka pun mengangguk. Eka melihat jam tangannya. "Udah jam setengah sembilan, berangkat sekarang, yuk. Takut kemaleman, meskipun sebenarnya ini udah termasuk kemaleman juga, sih."

Tasya tertawa kecil mendengar ucapan Eka. "Apaan, sih, Mbak? Yaudah, ayo berangkat."

Eka mengangguk dan mereka keluar dari rumah Tasya, kemudian Tasya mengunci pintu rumahnya. Seperti biasanya, Tasya duduk di jok belakang motor dan Eka yang mengemudi. Mereka pun mulai melajukan motornya menuju jalan delima.

Drtt! Ponsel di saku celana Tasya bergetar. Tasya pun mengeluarkan ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya. "Assalamualaikum, Kak, ada apa?"

"Wa'alaikumussalam. Lo lagi apa sekarang? Maaf kalau gue ganggu."

Logat itu, penelpon itu adalah Gilang. "Oh, tidak menganggu, kok. Ada apa, Kak?"

"Lo tau rumah Elang, 'kan? Boleh minta alamat rumahnya? Gue mau balikin buku pelajaran punya dia, siapa tau dia mau belajar karena besok ada ulangan."

"Begitu, ya? Nanti aku kirim alamatnya lewat pesan chat, ya, Kak. Sudah dulu, ya, Kak, aku lagi ada di jalan. Assalamualaikum."

"Oke, gue tunggu, ya. Hati-hati di jalannya. Wa'alaikumussalam."

Tut! Panggilan telah berakhir, Tasya segera mengetikkan alamat rumah Elang dan mengirimnya ke nomor Gilang. Dia pun memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya. "Tasya, ini jalan delima? Suasananya sepi sekali," ucap Eka menatap lurus jalanan di depan.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang