14. Selanjutnya apa?

11K 1.2K 26
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Setelah acara pemakaman selesai, semua para pelayat pun berhamburan mulai pergi meninggalkan Tasya. Begitupun juga dengan petugas rumah sakit yang membawa jasad kedua orang tuanya dengan mobil ambulans.

Sempat dibawa ke rumah sakit untuk penanganan tentu tidaklah gratis. Tasya harus merelakan sebagian besar tabungannya semenjak dia masih di sekolah menengah pertama.

Tasya terus saja mengelus batu nisan yang menancap di gundukan tanah milik papanya. Matanya terlihat begitu sembab, teronggorokannya pun terasa kering karena terus menangis. Sebuah tangan terulur mengelus bahu Tasya dengan lembut dan memeluknya.

Tasya melihat siapa yang sedang memeluknya sekarang, air matanya kembali terjatuh begitu saja. "Mina?" gumam Tasya. Tasya pun membalas pelukannya, meskipun dia tahu apa yang akan terjadi ketika orang lain melihatnya.

***

Keesokan harinya, Tasya kembali bangun dari tidurnya seperti biasa. Ah, tidak, Tasya merasa seperti ada yang berbeda. Tasya bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamarnya perlahan.

Tidak ada suara ibunya di dapur, begitupun dengan ruang tamunya, biasanya ayahnya akan duduk di sofa sembari memakai sepatu kerjanya. "Sepi," gumamnya.

"Tasya," panggil Mina tiba-tiba datang, "kamu tidak ke sekolah?" lanjutnya bertanya.

Tasya melirik ke arah Mina. "Aku akan ke sekolah. Aku mau mandi dulu." Tasya pun segera mengambil peralatan mandinya dan bergegas menuju kamar mandi.

Lima belas menit telah berlalu, Tasya keluar dari kamar mandi dengan menggunakan seragam sekolah lengkap dan kembali berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai.

Dia terduduk di bibir kasur seraya merapikan rambutnya. Setelah itu, dia mempersiapkan buku pelajaran untuk hari itu dan memakai sepatu sekolahnya.

"Kamu tidak mau makan dulu? Nanti di sekolah kamu kelaparan dan tidak bisa konsentrasi dengan baik, Tasya," ucap Mina tiba-tiba datang lagi.

Tasya tetap pada aktivitasnya yang sedang memakai sepatu sekolah. "Tidak akan sempat, Mina. Kalau aku makan dulu, aku bisa terlambat sampai ke sekolah." Mendengar jawaban itu, Mina hanya diam saja seraya menatap Tasya khawatir.

Tasya mengambil tas sekolahnya dan mulai berjalan keluar dari rumah. Tidak lupa dia mengunci pintu rumahnya dan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.

Di sepanjang perjalanan, Tasya hanya diam saja. Bahkan, tidak sekali pun melirik ke arah Mina yang berada di sampingnya. Itu membuat Mina semakin khawatir dengan kondisi Tasya yang sekarang.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang