11. Peringatan

13.5K 1.4K 16
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Ada arwah yang ingin membuatmu celaka! Aku juga tidak ingin kamu mati konyol hanya karena arwah. Karena itu, aku memperingatkanmu untuk berhati-hati. Jadi, berhati-hatilah! Jaga dirimu!"

Tasya menghela napas pelan, dia terus saja kepikiran dengan apa yang diucapkan oleh Elang siang tadi saat di rooftop. Bagaimana bisa Elang tahu kalau ada arwah yang akan membuatnya celaka? Tasya berpikir kalau itu hanyalah sebuah bualan saja. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, seorang Elang tidak mungkin berbicara asal, 'kan?

"Tasya, masih kepikiran dengan kata-kata Elang siang tadi, ya?" ujar Mina bertanya. Tasya sontak mengangguk pelan sebagai jawaban. "Tidak usah dipikirkan. Mungkin saja dia cuma asal bicara. Dan lagi, tidak ada buktinya, 'kan? Kamu tidak melihat ada arwah selain aku di sini."

"Tidak, Mina. Seorang Elang tidak mungkin berbicara asal begitu saja. Terdengar dari nada bicaranya saat di rooftop tadi, dia terlihat sedang serius. Meskipun aku belum menemukan tanda-tanda keberadaan arwah itu, tapi aku harus tetap waspada. Aku tidak boleh lengah sedikit pun, Mina. Dia bisa datang kapan saja." Tasya menampakkan raut seriusnya ke arah Mina. Mina hanya mengangguk pelan.

"Oh, iya, Tasya. Aku rasa ada yang berbeda dari Elang siang tadi." Mina tersenyum jail. Tasya mengerutkan keningnya dan menatap Mina dengan tatapan penuh tanya. "Sepertinya ... Elang suka padamu, Tasya," lanjut Mina.

Tasya yang mendengar itu pun spontan tertawa. "Kamu ini ngomong apa, sih, Mina? Tidak mungkinlah!"

"Tidak ada yang tidak mungkin, Tasya. Coba kamu ingat-ingat lagi saat di rooftop siang tadi. Kamu dengar, kan saat dia bilang hati-hati padamu? Dia mengucapkannya langsung dari hati, loh. Dan satu lagi, siang tadi cara bicaranya mendadak berubah. Biasanya dia menggunakan kata 'saya', tapi dia menggunakan kata 'aku'. Apa tidak curiga?" Mina menjelaskannya kepada Tasya seraya tersenyum-senyum jail.

Seketika Tasya terdiam. Iya, dia ingat, dia juga mendengarnya. Elang memang menggunakan kata 'aku' saat itu. Kedua sudut bibirnya tiba-tiba saja terangkat entah kenapa, lalu dia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Memangnya Elang punya hati? Sadar, Tasya!

Prang!
Tasya sontak terperanjat karena terkejut. Sikunya tidak sengaja menyenggol bingkai foto yang berada di sebelah lengannya.

Tasya dibuat melongo dengan keadaan bingkai fotonya yang ada di bawah sana. Kaca bingkai itu pecah dan belingnya berserakan ke mana-mana. Tasya segera memungutinya. Dia mengambil foto itu dan menatapnya lama. Di foto itu ada dirinya, papanya dan ibunya.

"Ada apa, Tasya?" tanya Mina dengan raut khawatir.

Tasya bangun dari jongkoknya sembari membawa foto itu di tangannya. Dia duduk di kursi meja belajarnya, membiarkan pecahan beling itu tetap berserakan.

"Tasya, kamu tidak apa-apa?" tanya Mina mengulang.

Mata Tasya berubah sendu, bahkan sudah berkaca-kaca. "Perasaanku tiba-tiba tidak enak, Mina. Tiba-tiba saja aku jadi kepikiran Ibu dan Ayah," ucapnya lirih, "Mina, apakah Ibu dan Ayah sudah pulang?"

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang