27. Seseorang

7.6K 883 19
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Lalu, kami harus bagaimana, Mbah?" tanya Tasya.

Ya, Tasya dan Eka telah berada di rumah Mbah. Mereka sudah menceritakan semuanya tentang Elang. Tentang bagaimana Tasya bertemu Elang, bertengkar dengan Elang, hingga kejadian kecelakaan orang tuanya yang diperbuat oleh hantu Lina; arwah korban Elang.

"Jadi, arwah yang banyak tadi itu adalah korban dari Elang?" Mbah menatap Tasya dan Eka secara bergantian dengan raut bingung.

"Tasya tidak tau, Mbah. Tasya benar-benar tidak ingat apa-apa, yang Tasya ingat hanya kami yang ingin pergi ke rumah Mbah dan tiba-tiba Tasya terbangun dari pingsan. Tasya tidak melihat mereka," jawab Tasya. Memang benar, saat hantu Lina menguasai raganya, Tasya tidak bisa apa-apa. Dia tidak mengingat apa pun kejadian sebelum dia terbangun.

"Eka melihatnya, Mbah. Eka melihatnya sebelum Eka pingsan karena tidak kuat dengan tekanan energi besar yang mereka bawa. Energi Eka terasa terserap dan dalam sekejap Eka merasa lelah, lalu pingsan," sahut Eka membuat Tasya terdiam.

"Begitu, ya? Mereka marah?" tanya Mbah. Eka sontak mengangguk tanpa ragu. "Itu tidak aneh, sih. Kembali lagi, inti dari cerita kalian adalah bagaimana caranya agar arwah para korban Elang bisa tenang?"

Tasya dan Eka mengangguk. "Betul, Mbah," jawab keduanya tanpa ragu.

"Ikuti saja apa yang arwah itu mau. Setelah mereka merasa urusannya sudah selesai, mereka akan pergi dengan sendirinya."

Tasya dan Eka sontak saling tatap. Tidak tahu harus menjawab seperti apa. Tasya pun menggeleng pelan untuk memberikan isyarat tidak setuju. "Tidak bisa, Mbah. Mereka ingin Elang mati. Kami tidak bisa membiarkan Elang mati begitu saja," sahut Eka.

"Kalau tidak seperti itu, lalu bagaimana?" tanya Mbah. Lagi-lagi mereka terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. "Begini saja, bagaimana kalau kalian mencoba untuk membantu mencari tulang-tulang korban? Mbah yakin, pasti dia membunuhnya tanpa mau menguburkannya. Cobalah, siapa tau dengan menguburkan jasad mereka secara layak, itu berhasil membuat mereka menjadi tenang," lanjut Mbah.

"Bagaimana kami bisa tau di mana lokasi Elang biasa membunuh? Dia tidak pernah mengatakan di mana 'tempatnya'," ucap Tasya.

Benar juga, Mbah terdiam seketika. Dia juga tidak tahu di mana tempatnya, hingga suara Cio pun terdengar. "Di sini," ujarnya seraya menyodorkan hasil gambarnya di atas kertas.

Tasya dan Eka mengambil kertas itu dan melihatnya bersama. Mereka melihat gambar sebuah bangunan kosong, persis seperti gedung kosong di jalan delima yang terkenal angker. "Beneran ini tempatnya?" tanya Eka ragu.

Cio mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. "Semenjak kalian membicarakan orang yang bernama Elang, bangunan kosong itulah yang terus muncul di kepalaku."

"Kelebihanmu memang selalu bisa diandalkan, Cio," puji Eka. Cio sontak tersenyum bangga untuk dirinya sendiri. "Ralat. Bukan selalu, tapi kadang-kadang."

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang