8. Mama Elang

17K 1.7K 29
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Jadi, Ibu ini mamanya Elang?" tanya Tasya terkejut. Arwah ibunya Elang mengangguk pelan. "Memangnya ada apa Ibu datang kemari? Elang baru saja pergi, Bu."

"Ibu sengaja mengikuti Elang, karena ibu tau kalau Elang ingin datang ke rumahmu ini," jawabnya.

"Iya, dia ke sini untuk menceritakan tentang kejadian yang dia alami kemarin. Dan ... dia juga bilang sama aku kalau Ibu yang menyelamatkannya dari amukan arwah itu." Tasya menatap wajah pucat mamanya Elang itu dengan teduh.

Mamanya Elang mengangguk kembali. "Iya, tidak ada seorang ibu yang mau anaknya celaka. Apalagi hanya karena arwah gentayangan yang membawa dendam."

"Dendam?" tanya Tasya, "maksud Ibu?"

"Dendam. Dia adalah salah satu arwah korban pembunuhan Elang. Dia tidak terima dengan ini semua dan dia ingin mendapatkan peradilan dari Elang. Dia hanya ingin Elang mati atau disidang dalam kasus hukum," jawab Mama Elang.

"Apakah tidak ada cara lain untuk membuatnya memaafkan Elang dan pergi dengan tenang?" tanya Tasya.

"Tidak ada, Tasya. Hanya itu satu-satunya cara agar para arwah korban pembunuhan dari Elang bisa tenang." Mina mulai bersuara.

Tasya menatap wajah ibunya Elang dengan sendu. "Apakah itu benar?"

"Iya. Hanya itu caranya. Dihukum atau mati." Wajahnya berubah menjadi sedih. "Sebagai seorang ibu, saya tidak terima jika Elang harus mati. Tapi, jika harus diseret ke kasus hukum, itu juga sangat sulit untuk keluar dari hukuman mati. Iya, dia pasti akan dihukum mati. Itu berarti, semuanya sama saja. Elang memang harus mati."

Tasya terdiam untuk beberapa saat, lalu berkata, “Jika memang harus mati, aku tidak bisa berbuat banyak. Mungkin kematian adalah sesuatu yang pantas untuk Elang dapatkan. Namun, meskipun begitu, apakah kita bisa mencoba untuk mengubah Elang?”

"Mengubah Elang itu sangat sulit. Mungkin bisa jadi itu suatu hal yang mustahil," sahut Mina.

"Tidak, Mina. Selagi Tuhan masih berkehendak, dia bisa dengan mudahnya membolak-balikkan hati Elang menjadi hati yang baik. Kita tidak boleh menyerah sebelum berperang, ‘kan?"

"Tapi, Tasya, bagaimana caranya? Kamu saja selalu hampir terbunuh olehnya beberapa kali. Kamu masih mau menolongnya?" Mina menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Terima kasih," ucapnya, "terima kasih karena sudah ingin membantu ibu. Ibu masih merasa tidak percaya, karena di dunia ini ternyata masih ada orang yang baik sepertimu."

Tasya dan Mina yang awalnya sibuk dengan berdebat, mereka pun sontak mengalihkan pandangannya ke sosok mamanya Elang yang terlihat sedang tersenyum sedih.

"Maaf, kalau boleh tau, nama Ibu siapa?" tanya Tasya dengan penuh hati-hati. Pasalnya, tidak semua arwah ingin memberitahukan nama mereka.

"Nama ibu ... Resti," jawabnya seraya tersenyum manis.

Tasya yang melihat senyuman itu sontak tertegun, karena senyumannya yang sangat manis. Sungguh, dia masih terlihat begitu cantik meskipun wajahnya sudah sangat pucat.

"Sekarang, apa yang harus aku lakukan, Bu?" tanya Tasya bingung.

"Tolong sampaikan kata maaf ibu kepada Elang. Ibu merasa sangat bersalah padanya. Dia jadi seperti ini juga itu karena ibu di masa lalu," ucap Resti terdengar begitu lirih.

"Di masa lalu? Memangnya ada kejadian apa di masa lalu Ibu dan Elang?" tanya Tasya, "kenapa aku tidak bisa melihat kejadian apa-apa saat menatap mata Ibu?"

"Itu karena ibu sedang tidak ingin bercerita denganmu tentang apa yang terjadi di masa lalu. Itu sebabnya kamu tidak melihat kejadian itu meskipun kamu memiliki kemampuan spesialnya," jelas Resti.

"Jadi, seperti itu, ya?" gumam Tasya, "tapi, kenapa aku tidak bisa melihat masa lalu Elang juga?"

"Itu karena Elang telah menguburnya dalam-dalam dan tidak ingin mengingat-ingatnya lagi," sahut Mina lagi.

Tasya berganti menatap ke Mina. "Tapi, kenapa?"

Mina menepuk keningnya. "Tanpa aku jelaskan pun seharusnya kamu sudah mengetahuinya, Tasya. Baginya, kejadian itu sangatlah menyakitkan."

"Bukan bagi Elang saja, tapi bagi ibu juga. Atau bahkan mungkin bagi papanya Elang juga. Kejadian itu sangat menyakitkan bagi keluarga kami semua. Entah apa yang sedang mendorongku, kenapa ibu bisa melakukan hal itu di masa lalu. Sungguh, ibu begitu menyesalinya," sahut Resti begitu lirih. Nadanya memang terdengar memiliki begitu banyak rasa sesal.

"Lalu, bagaimana dengan arwah yang menginginkan pembalasan dendam terhadap Elang tadi?" tanya Tasya mulai mengganti topik obrolan.

Tasya tidak ingin menanyakan tentang masa lalu Resti lebih dalam lagi. Biarkanlah dia sendiri yang mencari tahu bagaimana kejadian masa lalu itu.

"Aku yakin dia tidak akan bisa tinggal diam. Dia akan terus menghantui Elang dan meneror Elang hingga dia berhasil membalaskan dendamnya," ujar Mina dan diangguki oleh Resti.

"Itu berarti Elang dalam bahaya?!" tanya Tasya terkejut. Dia melihat ibunya Elang dan Mina yang mengangguk secara bersamaan. "Kalau begitu, aku berjanji akan menyelamatkan Elang!"

"Jangan mengambil keputusan terlalu cepat, Tasya. Pikirkanlah dulu, resikonya sangat tinggi. Bahkan bisa jadi nyawamulah yang menjadi taruhannya," cegat Mina dengan cepat.

Tasya melihat wajah Mina yang manampilkan raut kekhawatiran untuknya. Tasya menghela napas pelan.

"Apa yang dikatakan temanmu itu benar. Itu sangat berbahaya dan nyawa adalah taruhannya. Coba kamu pikir baik-baik dulu sebelum memutuskan. Ibu tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Kamu anak yang baik," sambung Resti mencegat Tasya juga.

"Tapi, Elang dalam bahaya! Bagaimana mungkin aku diam saja." Tasya terus saja keras kepala.

"Tidak usah terburu-buru, ibu juga tidak ingin memaksamu untuk membantu ibu atau Elang. Ibu tidak ingin ada yang mati lagi. Kamu harus hidup," pesan Resti kepada Tasya seraya tersenyum hangat.

Tasya hanya bisa diam dan menunduk dalam. Bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Ibu harus pergi dulu, ibu takut kalau nanti arwah itu datang lagi dan mengganggu Elang. Ibu tidak bisa diam saja. Ibu harus segera menolongnya. Untuk kamu, ibu mohon sampaikan permintaan maaf ibu ke Elang. Dan satu lagi, jangan pernah mengambil keputusan terlalu cepat. Pikirkanlah juga keselamatanmu. Kalau kamu nekat, nyawamu adalah taruhannya. Jadi, pikirlah baik-baik."

Tasya mengangkat wajahnya dan menatap wajah pucat Resti dengan sendu. Resti terlihat tersenyum hangat ke arah Tasya. Tasya pun membalasnya dengan senyuman pula dan mengangguk.

"Ibu pergi dulu, sampai jumpa!" Resti melambaikan tangannya ke arah Tasya dan Mina.

Tasya dan Mina pun melambaikan tangannya kembali seraya tersenyum. Blar! Dalam sekejap arwah mamanya Elang kini telah menghilang. 

¤¤¤

Cirebon, 20 Januari 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cirebon, 20 Januari 2021


follow ig => taa.fn28

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang