12. Penyesalan

12.2K 1.3K 2
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

Tasya menggelengkan kepalanya pelan. Tangisnya masih juga belum berhenti, bahkan mungkin semakin keras. Elang menyentuh betis Tasya dan mengusap darahnya. Tasya mengangkat kepalanya dan menatap Elang dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Kenapa?" tanya Tasya. Elang hanya diam menatap Tasya dengan bingung. "Ada apa dengan darahku? Apa jiwa ingin membunuh yang kamu miliki itu muncul kembali? Kamu mau membunuhku? Bunuh saja aku!"

Elang sontak terkejut ketika mendengar teriakan Tasya. Elang terdiam, mulutnya terbungkam. Dia hanya bisa menatap luka-luka yang berada di tubuh Tasya akibat pecahan kaca bingkai foto. Apa yang sedang dia pikirkan sekarang? Elang pun tidak mengerti.

Tasya memberikan pecahan kaca itu kepada Elang. "Cepat bunuh aku!"

"Apa yang kamu pikirkan, Tasya?! Sadarlah!" Mina mulai meninggikan suaranya akibat sedikit emosi.

"Diamlah!" sergah Tasya berteriak, "percuma aku hidup kalau begini. Aku … sendirian.”

"Mereka tidak mati! Mereka hanya kritis! Ingat itu, Tasya!"

Mendengar itu, Tasya seketika terbungkam. Tangisnya kembali pecah, dia menjatuhkan pecahan kaca yang semula digenggamnya. Elang hanya bisa diam, dia sebenarnya tahu kalau Tasya sedang berbicara dengan teman hantunya.

"Mau aku antar ke rumah sakit?" tanya Elang kepada Tasya dengan nada lembut.

Tasya menggeleng pelan, dia mengangkat kembali kepalanya dan menatap Elang. "Tidak usah. Aku bisa sendiri. Sebaiknya kamu pergi sekarang, pulanglah!"

"Tapi—"

"Pulanglah, Elang!" potong Tasya cepat dengan nada tinggi.

Tasya bangun dari duduknya dan berjalan hendak keluar kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika tepat di pintu kamarnya yang terbuka. Tasya kembali menoleh ke belakang.

"Sebelumnya aku ucapkan terima kasih, karena kamu sudah menolongku. Tapi aku mohon, setelah ini jangan pernah hubungi aku lagi dan berpura-puralah untuk tidak saling mengenal. Cukup sampai di sini saja, aku tidak mau arwah jahat itu kembali lagi," ucap Tasya panjang lebar, lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Mina hanya bisa diam menatap kepergian Tasya, kemudian menatap Elang yang berada di sampingnya. "Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang," gumam Mina bingung.

Tasya mulai membersihkan bercak-bercak darah dari lukanya dengan air yang mengalir dari keran. "Aduh." Tasya meringis kesakitan sendiri ketika menyentuh robekan lukanya.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang