Selamat membaca cerita tentang Nathan dan Leyra.
Hi!! this is my first story. I wrote this story when I entered high school. Sorry for some mistakes in writing both the use of punctuation, the use of letters and others.
🦋🦋
Leyra masuk ke dalam kamarnya dengan membawa piring berisi makanan. Tidak lupa membawa minum dan jajan yang banyak. Setelah mengingat hadiah dari Nathan yang belum sempat dia buka, sore ini gadis itu berencana membukanya.
Membuka Lemari dan mengambil paper bag cokelat itu. Leyra sebenarnya cukup penasaran selama ini, tapi setiap kali ingin membuka selalu ada halangan ataupun Leyra sendiri belum siap membukanya.
"Makan dulu deh," Leyra mengunyah sesuap nasi dan potongan ikan serta mi goreng.
Akhirnya setelah mengumpulkan niat yang cukup lama, gadis itu mulai membuka paper bag tersebut.
Setelah paper bag cokelat itu dibuka, Leyra kembali menemukan paper yang berwarna sama tapi ukurannya lebih kecil. Di dalamnya ternyata ada kotak kado yang tidak terlalu besar, tapi lumayan berat.
Gadis itu membukanya dengan hati-hati. Sesaat kemudian Leyra terkejut dan setelah itu Leyra tersenyum kecil melihat sesuatu yang indah di depannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagus banget. Aaaaaa," sorak Leyra dengan kencang membuat Nuel mengirim pesan dan menyuruhnya diam.
Leyra membuka pesan itu dan memblokir nomor kakaknya. "Rasain!"
Kotak musik adalah kado pertama yang diterima Leyra dari Alm. Ibunya sewaktu kecil. Semenjak kepergian ibunya, Leyra tidak pernah menceritakan tentang kotak musik itu kepada siapapun selain keluarganya.
Sudah tidak diragukan lagi, Nathan pasti tahu semuanya dari Nuel. "Mau bilang makasih, orangnya nggak ada. Dihubungin juga ga aktif, mau kerumahnya nggak ada siapa-siapa di sana."
Leyra merapikan kembali meja belajarnya dan menempatkan kotak musik itu di meja kecil samping tempat tidur.
"Aku tahu kok Nath, semua ini akan terjadi. Mama kasih aku kotak musik setelah itu Mama pergi, sekarang kamu. Kurang kuat apalagi aku, datang ke sekolah senyum seolah nggak terjadi apa-apa," isakan gadis itu mulai terdengar.
Leyra duduk di samping tempat tidur dan menyembunyikan kepalanya diantara kedua lutut.
Setelah menangis, gadis itu melanjutkan makan dan menghabiskan jajan yang dia bawa.
Leyra tahu apapun keadaannya, dia harus bisa ikhlas. Apapun yang terjadi. Gadis itu sudah memprediksi dari jauh hari.
Leyra tidak bisa menyalahkan Nathan dan menahan dia pergi. Semuanya memang sudah diatur untuk berakhir seperti ini. Leyra kembali mengingat bahwa Nathan pernah berdiam diri di game room nya hanya untuk menyesali kesalahan.
Bagaimana bisa Nathan memaafkan dirinya sendiri karena menyakiti gadisnya sendiri. Nathan tidak pergi, tetapi dia kembali. Kembali ke awalnya, memulai semuanya dari awal dengan lingkungan baru, teman ataupun sahabat baru dan mungkin pacar baru.
"Kamu bukan pengecut Nath. Aku kenal kamu udah hampir tiga tahun, aku menghargai keputusan kamu, aku tahu kamu pengen aku lupain semua, dan mulai dengan yang baru dan fokus menata masa depan, tapi bagaimana bisa kenangan yang begitu banyak dihapus dalam waktu sekejap. Kalaupun aku diberi kesempatan untuk memohon satu permintaan, aku mau kita bertemu di titik di mana kita sudah dewasa bukan beranjak dewasa, bertemu dan menceritakan dunia baru kita, memperkenalkan orang terdekat kita masing-masing."
Gadis dengan rambut yang terurai panjang itu kembali menangis, Leyra memegang kuat kedua lengannya. Tangisan tanpa suara gadis itu perlahan semakin menjadi-jadi, dan menjadikan pintu kamarnya sebagai sandaran. Jujur saja dia merindukan Nathan. Munafik jika dia menyangkalnya.
Leyra kembali menangis, cairan bening dari matanya yang indah itu terus jatuh tanpa diiringi dengan suara tangisan. Leyra terus menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Beberapa menit kemudian, Leyra merasakan kepala nya pusing dan tenggorokan nya sedikit kering. Tapi tidak membuat gadis itu berhenti menangis. Cairan hangat dari matanya seakan menambah rasa sakit yang sedang dialami.
Sampai suara tabrakan dan teriakan beberapa orang di depan rumah membuat Leyra tersentak. "Nathan?"