18. TULUS

942 72 7
                                    

"Saya tegaskan sekali lagi! Kalau saya mendapati kalian lagi yang sedang melakukan hal seperti tadi, maka pihak sekolah tidak akan segan-segan mengeluarkan kalian dari sekolah" ujar Bu Ana geram.

"Kalian ini sudah kelas tiga, sebentar lagi kalian akan mengikuti ujian nasional dan masa kalian disini akan berakhir"

Bu Ana menatap Rara "Apalagi kamu Rara, kamu itu juara 2 umum sekolah, seharusnya prestasi kamu harus sejalan dengan tingkah laku kamu di sekolah, anak sekolah itu seharusnya tau, mana yang baik dan mana yang buruk" ujar Bu Ana lagi.

Bu Ana kembali menyandarkan punggungnya di kursi "Alasan apa sampai kalian berlaku jahat kepada Leyra seperti tadi? Jawaaab!" Bentak Bu Ana karena Rara, Putri, dan Rinai tidak cepat menjawab pertanyaan nya.

Putri dan Rinai saling memandang satu sama lain, Rinai pun angkat bicara "Aku sama Putri cuma ngebantuin Rara bu, kita juga sebenarnya nggak tega sama Leyra, dia kayaknya anak baik" jawab Rinai jujur, sementara Rara sudah mulai mengepalkan tangannya. "Penghianat" ujarnya dalam hati.

Bu Ana tak menjawab lagi ataupun lanjut bertanya, dia sedang menyiapkan surat. Itu surat panggilan untuk orang tua.

"Kalau sampai orang tua kalian tidak datang ke sekolah, maka kalian yang akan saya keluarkan!" ucap Bu Ana memperingati mereka dan memberikan surat itu kepada mereka bertiga

"Iyaa bu" jawab mereka bersamaan.

"Tinggalkan saya dan Rara disini!" titah Bu Ana kepada Putri dan Rinai agar segera keluar dari ruangan itu.

"Baik bu"

"Permisi bu"

Jawab keduanya dan langsung keluar dari ruangan BK. Sementara Rara masih bersama dengan Bu Ana.

***

Suasana kelas Leyra sangat ribut. Leyra sudah masuk kelas sekitar 20 menit yang lalu setelah berurusan dengan Rara, Putri dan Rinai. Gadis itu memilih untuk menceritakan apa yang barusan dirinya alami kepada ketiga sahabatnya. Karena percuma jika dia menyembunyikan kejadian itu, apalagi itu semua sudah diketahui oleh Bu Ana. Guru BK.

"Awas aja tu nenek lampir, beraninya main keroyokan sama temen gue" ujar Indira kesal.

"Gue cakarin mukanya nanti, awas aja" tambah Aurora.

"Lo kenapa nggak cerita sama kita sih? Sekecil apapun masalah lo, kita harus selesaiin sama-sama Ley" ucap Amelia dengan raut wajah sedikit sedih.

"Gue nggak mau nantinya Rara sama temen-temen nya nyakitin kalian juga, hanya gara-gara gue" lirih gadis itu lemah.

"Yaudah, untuk kedepannya kita harus lebih terbuka satu sama lain lagi, kita kan sahabat" ujar Indira menyemangati ketiga sahabatnya.

Semuanya pun mengangguk dan berpelukan satu sama lain. Leyra bahagia memiliki sahabat yang selalu ada dan mengerti dengan keadaan nya.

"Entar kan malam minggu, gimana kalau kalian nginep di rumah gue" tawar Amelia.

"Ide bagus tu Mel, biar sekalian ngerjain tugas" ucap Indira menambahkan.

"Mel, gue langsung pulang sama lo ya, males di rumah. Bonyok masih di luar kota" ujar Aurora.

"Okeeedeh" jawab Amelia semangat.

"Gue kayaknya nunggu kak Nuel" timpal Leyra.

"Gimana kalau gue jemput Ley?" tanya Indira.

ATHARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang