51. Risa dan Dea?

718 36 15
                                    

HAPPY READING.

Pemandangan indah ikut menyaksikan pertemuan sepasang kekasih yang akan melangsungkan pertunangan tiga hari lagi. 

Di sebuah restoran pinggir pantai, Mark dan Dea menghabiskan waktu bersama setelah selesai berbelanja.

"Sayang, nanti kalau udah nikah kita honeymoon di luar negeri ya? Di beberapa negara gitu," ujar Dea manja.

"Ngarep" batin Mark acuh.

"Jawab sayang. Game terus dari tadi," kesal Dea.

"Sabar Mark. Sabar."

Mark menghela nafasnya pelan, menatap Dea sebentar dan kembali menatap ponselnya. "Lo beneran mau nikah sama gue?"

Risa mengangguk cepat. "Mau dong."

"Pemasukan hotel Mama sama Papa akhir-akhir ini menurun, kayaknya gue nanti harus berhenti kuliah dan bantu mereka. Lo masih mau nikah sama gue?" tanya Mark serius.

"Hah? Nanti aku tanya Mami dulu deh," jawab Dea salah tingkah.

"Yang mau nikah lo atau Mami lo?"

Dea mematung. Bingung menjawab pertanyaan Mark. "Sayang aku ke toilet sebentar."

Mark terkekeh pelan menatap punggung Dea yang menjauh.

Drrrrt drtttt

Perhatian Mark teralih, getaran ponsel Dea membuat lelaki itu sedikit penasaran.

Drrrt drttt

Untuk kedua kalinya, benda pipih itu kembali bergetar. Menimbulkan suara yang cukup mengganggu orang sekitar.

Mark meraihnya. Nama Risa tertulis di sana.

"Halo Kak, gimana kuliahnya? Kita di restoran yang sama. Aku lagi sama Nathan. Kakak tolong baca chat aku, soal rencana kita kemarin. Ada kabar bagus."

Mark dengan cepat mematikan sambungan telepon dengan Risa tanpa menjawab omongan gadis itu.

Lelaki itu mengerutkan keningnya. Rencana apa yang dimaksud Risa? Apakah ada hubungan dengan pertunangan?

Tidak bisa ditahan lagi. Mark menjebol rasa penasaran dengan membuka pesan antara Dea dan Risa.

Sekian detik setelah membaca semua pesan antara kedua gadis itu. Mark mengepalkan kedua tangannya.
Kurang ajar.

***

Luas restoran yang besar membuat Mark kesulitan mencari keberadaan Risa dan Nathan. Mark tidak peduli jika setelah ini Nathan akan semakin membencinya.

Mengganggu hidup orang yang disayang berarti mengganggu hidup Mark.

Lelaki itu menghela nafas panjang setelah sampai di lantai dasar.

Dia tahu harus ke mana sekarang.

"Mbak, security ruangannya di mana?" tanya Mark menghalangi salah seorang pelayan.

"Mas lurus aja nanti ada toilet cowok di sana, belok kiri nanti ada tempat parkir khusus karyawan, di sebelah tempat parkir di situ ruangan mereka," jawab pelayan tersebut.

"Makasih Mbak," ujar Mark dan berlari dengan cepat.

Beberapa menit kemudian Mark sampai di tempat parkir khusus karyawan, walaupun tadi sempat salah lewat depan toilet cewek.

Demi lo berdua batin Mark.

Tanpa menunggu lagi, Mark langsung masuk ke ruangan tersebut. Di sana ada beberapa lelaki bertubuh tinggi dan besar yang menatap Mark aneh.

"Boleh lihat rekaman cctv restoran ini Pak? Mau cari teman saya, nyasar tadi," ucap Mark bohong.

***


Byuuur

Nathan menghentikan game nya. Menatap Risa yang basah kuyup akibat kelakuan Mark.

Tidak ada aksi apa-apa. Nathan hanya mengerutkan keningnya. Menatap Mark yang juga menatap Risa dengan sorot mata tidak suka.

"Kak! Gila ya?!" bentak Risa dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Lo salah karena udah usik kehidupan Leyra sama Rara. Gue nggak suka!" ujar Mark serius.

Mendengar nama Leyra disebut. Nathan sontak berdiri membuat Mark mengalihkan perhatiannya.

"Lo masih mau pacaran sama pembunuh kayak dia?"

Nathan dengan tatapan tidak berdosa membuka suara. "Maksudnya?"

"Dea sama Risa selama ini berniat membunuh Rara. Rencana mereka berkembang dan berhasil buat Rara sama Om Markus masuk rumah sakit. Dengan adanya Leyra yang dekat sama Rara, Dea sama Risa juga berniat bunuh Leyra. Tapi Om Markus berhasil menyelamatkan Leyra, tepat depan kantor Papa Leyra," ujar Mark dengan nafas yang tak beraturan.

Nathan naik pitam. Risa mendekatinya. "Kamu percaya sama aku kan?"

Amarah Nathan semakin memuncak.
Dengan kasar Nathan melepaskan tangan Risa dari lengannya dan mendorong gadis itu sampai Risa terjatuh di lantai.

Sadar situasi tidak mendukung. Risa mengambil tas dan handphone nya dan segera pergi.

Mark ingin mengejarnya tapi Nathan menghentikan langkahnya.
"Nggak susah buat tangkap mereka, kita cari bukti dulu."

"Lo kelihatannya tenang-tenang aja. PENGECUT LO NATH! Lo ninggalin Leyra demi cewek yang udah celakain Leyra!"

"Terus gue harus gimana? Semuanya udah terjadi. Lo juga pengecut. Dulu Dea sekarang Leyra," jawab Nathan dengan suara beratnya seakan tidak terima.

"Gue tahu lo pinter Nath. Tapi kemampuan lo nggak lo pakai buat berpikir logis!" tegas Mark membuat Nathan terdiam.

"To the point!" suruh Nathan.

"Gue sama Dea dulu dijodohin. Gue bukan rebut Dea dari lo.  Anak kelas tiga smp yang nggak tahu apa-apa soal perjodohan, gue nggak tahu kalau lo saat itu pacaran sama Dea. Kalau gue tahu pasti gue nolak Nath! Makanya gunain otak lo buat mikir! Gue nggak mungkin ninggalin Rara demi cewek smanja kayak Dea. Cewek yang cuma mandang gue dari segi kekayaan yang orangtua gue punya. Gue bersyukur karena lo putus sama Dea dulu, cukup gue yang jadi pacar settingan dia. Dan lo, Leyra lebih butuh lo sekarang!" tutur Mark dengan raut wajah sedih.

Nathan terdiam lama. Mark jujur dan tulus menceritakan semuanya. "Bukannya lo yang bikin gue sama Leyra bertengkar dan akhirnya putus?"

"Gue awalnya emang suka sama Leyra. Tapi Leyra nggak kayak cewek lain yang gue kenal. Dia tahu caranya jaga perasaan lo. Lama setelah itu gue sadar kalau dia emang tulus sayang sama lo," Mark tertawa pelan "Gue cerita semuanya sama dia kalau gue masih belum bisa lupain Rara. Leyra selalu cerewet kalau gue godain cewek lain, katanya gue harus setia sama Rara. Setelah lo berdua udah nggak bareng lagi, dia putus asa banget. Dia sampai minta bantuan gue buat cari sekolah yang terima murid pindahan walaupun udah semester terakhir."

"Yang terakhir. Hargai Leyra. Lo boleh benci sama dia. Tapi setidaknya lo lihat perjuangan dia. Kemarin pas pulang dari sekolah, berniat buat nganterin lo makanan, Leyra pingsan depan gerbang dan sekarang dia di rumah sakit," lanjut Mark.

Nathan mendengar dengan baik apa yang dibicarakan Mark. Tanpa menjawab omongan Mark. Nathan pergi begitu saja dengan langkah yang cepat.

Pikiran lelaki itu sekarang hanya ada satu nama, Leyra.

Lo brengsek Nath!

VOTE & COMMENT!
SEE YOU ON NEXT PART.

ATHARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang