44. THE PAST

542 28 0
                                    

INI SPECIAL PART KARENA
LANJUTAN PART YANG ASLI ADA DI PART SELANJUTNYA, DAN AKAN PUBLISH BESOK.

SO, HAPPY READING.

Kita dulu seperti ini.

Lelaki bertubuh tinggi dengan kostum basket membalut tubuhnya, dengan sedikit keringat di pelipis dan dahi, berjalan pelan dari arah lapangan menuju tempat ganti.

"Nath," panggil Indira dari balik tembok dekat tangga.

"Indira? Kenapa?" tanya lelaki itu bingung. Seharusnya Indira mengikuti olahraga bersama teman-teman nya.

"Lo ke taman belakang yang di samping ruang BK, cepetan!" titah Indira menggerakkan lehernya ke kiri dan kanan.

"Kenapa?"

"Nanti gue jelasin kalau pulang," pamit gadis itu dan berlari entah kemana.

Nathan yang seharusnya berjalan lurus membalikkan badan dan berjalan menuju tempat yang disuruh Indira. Jujur saja dia sangat tidak mengerti.

Lelaki itu mengedarkan pandangannya setelah sampai ke teman belakang.

Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya ada satu karung berwarna kuning yang terisi penuh. Sudah bisa kita tebak bahwa itu adalah sampah.

Nathan berdecak. Apakah Indira menyuruhnya membawa karung sampah itu? Nathan yang  adalah anak dari pemilik sekolah, tidak mungkin bukan?

Nathan terus melangkahkan kakinya, dia hanya ingin memastikan saja apakah itu memang sampah atau?

Nathan terkejut melihat gadis dengan kostum olahraga lengkap terduduk diam di balik pohon beringin dengan karung sampah di sampingnya.

Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya membuat Nathan langsung mengenali gadis itu.

"Ley? Kamu ngapain di sini?"

"Pungut sampah," jawab Leyra pelan.

"Bangun," suruh Nathan dan membantu Leyra.

Mereka akhirnya duduk di bangku kayu di bawah pohon. 

Leyra terus menunduk, sesekali memainkan jarinya.
"Aku dihukum karena nilai praktek olahraga aku paling rendah," jawab Leyra jujur karena Nathan terus memberikan tatapan meminta jawaban.

"Jangan ngeluh, emang pantas kamu dihukum."

"Yaudah sana pergi! Bukannya hibur malah marahin aku lagi, nggak tau apa perjuangan aku tendang bola sampai jatuh aku tadi, nggak pengertian."

Nathan berdiri setelah mendengar ucapan Leyra walaupun dengan sekuat tenaga menahan tawa karena ocehan Leyra.

"Baru juga datang, mau pergi lagi. Setidaknya bantuin aku angkat karung sampah ini," ucap Leyra sedih.

"Yang bilang pergi siapa?"

"EH? Kirain mau ninggalin aku, hehe," cengir Leyra.

"Boleh nggak suka sama gurunya, tapi jangan benci pelajaran nya. Ngerti?"

Leyra mengangguk. "Iya Nathan."

"Kalau kamu kesusahan di praktek, coba belajar lebih di teorinya, percuma bisa ngelakuin sesuatu tapi nggak ngerti maksud dan tujuannya."

"Pinternya pacar aku," puji Leyra mengacak pelan rambut Nathan.

"Terimakasih."

"Sini duduk. Emang nggak pernah olahraga. Sekalinya olahraga malah oleng" ucap Leyra dan menepuk bangku di sebelahnya.

Nathan duduk di samping Leyra.

"Mau makan bareng?" tanya Nathan langsung.

"Nanti pulang aja, kamu udah janji ke gramedia bareng aku," ujar Leyra mengingtkan.

"Tapi aku harus pulang dan mandi dulu, habis latihan tadi."

"Pantesan bau," celetuk Leyra.

"Namanya juga latihan basket, siang lagi."

"Terus tadi yang kasih kamu minuman di lapangan, siapa?" tanya Leyra curiga.

"Alana?"

"Memangnya berapa orang yang kasih kamu minum?" tanya gadis itu mulai meninggikan suaranya.

Nathan berpikir sejenak "Tiga orang."

"Terus kamu terima?"

"Nggak ada alasan buat aku buang minuman itu."

"Tuh kan, ngeselin" tukas Leyra cemberut.

"Aku terima tapi diminum sama Adam, Rafka dan Gavin."

"Tau ah!"

"Kamu uda SMA, jangan cemburuan kayak anak kecil."

"Iyaa. Tau kok"

"Masih marah?"

"Yang bilang marah, siapa?" tanya Leyra menatap manik mata Nathan.

"Sikap kamu nunjukin kalau kamu marah, Leyra."

"Ihhh Nathan. Selalu aja ngejawab. Kalau tahu aku marah seharusnya kamu bujuk dong, nggak peka!"

"Setiap pertanyaan emang harus dijawab, Leyra" Nathan menarik Leyra kedalam pelukan nya.

"Kalau yang ditanya nggak bisa jawab gimana?"

"Kalau aku yang ditanya, pasti selalu aku jawab."

Masih dalam pelukan Nathan, gadis itu mendongak. "Janji kan nggak akan tinggalin aku?"

"I love you, Ley."

"Tanya lain jawab lain," oceh Leyra melepaskan pelukannya.

"Ada saatnya kita akan diberi waktu untuk lebih memahami satu sama lain, tapi bukan mengakhiri hubungan nya," ucap Nathan serius. Terus memandang wajah Leyra lekat.

"Kalau saat itu tiba, ajak aku berjuang bersama. Jangan ambil keputusan sendiri," ujar Leyra.

"Gue sayang lo, Caitlin."

"Cuma sayang? Nggak cinta?" pancing Leyra.

"Besok baru dijawab, ayo pulang."

"Nggak mau! Jawab dulu," protes Leyra.

"Ley, ayo pulang. Udah bel. Kat-"

Cup

Leyra mengecup singkat pipi Nathan membuat lelaki itu tersenyum tidak menyangka. Sejak kapan Leyra mulai jail seperti ini?

"Itu biar nggak boleh genit sama cewek lain," pesan Leyra menunduk malu.

"Kenapa tunduk? Malu, hm?"

"Nggak kok. Biasa aja. Rumputnya bagus, jadi suka" ucap Leyra masih menunduk.

"Sukanya sama rumput, kenapa cium orang lain?"

"Dasar makhluk astral," ejek Leyra dengan pipi yang bersemu merah.

"Sekarang udah nggak marah kan? Ayo pulang!"

"Ayo," jawab gadis itu dan menerima uluran tangan Nathan.

Baru beberapa langkah, suara Pak Rian membuat langkah keduanya berhenti.

"Kalian berdua ngapain? Saya suruh kamu bersihin sampah, bukan berduaan," tegas Pak Rian.

"Kita habis bersihin sampah kok, Pa" jawab Leyra.

"Jangan harap saya percaya, kalian saya hukum!"

      

VOMMENT YA.
SEE U ON NEXT PART.
BABAI:

ATHARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang