HAPPY READING.
Perpisahan adalah akhirnya. Serakah jika menginginkan bahagia menjadi akhirnya. Harus ada yang terluka. Harus ada yang berkorban. Sekuat apapun usahanya, akan dikalahkan oleh takdir. Yang perlu dilakukan adalah terus berjuang menjadi diri sendiri, bukan menderita dan menjadi orang lain. Semoga berhasil.
Hening. Satu kata itu hampir mewakili keadaan Nathan akhir-akhir ini. Beberapa tumpukan buku matematika tersusun rapi di atas meja. Seakan menjadi murid yang siap mendengarkan pengumuman dari Kepala Sekolah.
Nathan sedang serius mempelajari materi tambahan dari Bu Tika. Yang ada di pikiran Nathan materi tambahan tersebut mungkin hanya beberapa halaman atau bisa sampai satu buku, tapi ternyata materi tambahan kali ini melampaui perkiraannya. Enam buku tebal dengan warna dan ukuran yang berbeda sedang menunggu untuk dipelajari.
Bukan Nathan namanya kalau menyerah di tengah jalan. Perlombaan tinggal dua minggu lagi.
Nathan menghela nafasnya pelan. Tangannya terulur ke ujung meja dan menggapai handphone nya.
Masih walpaper yang sama.
Hanya tersenyum dua detik dan wajah datar itu kembali ditampilkan.
Jam menunjukkan pukul lima sore. Nathan memang sengaja pulang terlambat.
"Nathan?"
"Hm."
"Nath."
"Apa?"
"Kayaknya si Dara hamil deh," ujar Gavin serius.
"Nggak lucu."
"Gue serius Nath. Dia banyak makan akhir-akhir ini. Gue kasihan sama dia suaminya nggak tanggung jawab," tutur Gavin sedih.
"Lo sakit?" tanya Nathan
"Puji Tuhan sehat."
"Otak lo?"
"Hisssh. Kejam!"
"Jangan aneh-aneh Vin. Inget umur!"
Nathan menggelengkan kepalanya singkat. Siapapun yang berteman dengan Gavin pasti bisa ikutan aneh.
Dara adalah ikan peliharaan Gavin. Itu adalah hadiah dari ibunya karena Gavin mendapatkan nilai enampuluh untuk mata pelajaran bahasa inggris dan tujuhpuluh untuk matematika pada saat ujian semester lalu.
Nathan juga pernah melihatnya di rumah Gavin. Hanya satu ekor saja. Bagaimana mungkin Gavin bisa punya pikiran seperti tadi?
"Vin?"
"Apa lagi? Ganggu aja. Gue lagi mikirin Dara."
"Pinjem charger hp gue mati."
***
Jalanan sore ini terlihat sepi. Hanya beberapa kendaraan yang terlihat.
Leyra menatap sendu gerbang sekolah yang sudah dikunci.
Kejadian beberapa hari lalu yang menyebabkan beberapa komputer di laboratorium hilang, membuat pihak sekolah semakin waspada.
Salah satu caranya adalah menutup gerbang sekolah pada saat yang tidak seharusnya ditutup.
"Gimana dong? Nggak mungkin aku lompat pagar," ujar Leyra bingung "Aku tungguin aja sampai dia selesai."
Leyra menghela nafas pelan. Gadis itu merasakan pegal merambat di sekitar kakinya. Wajar saja, mobilnya mogok di tengah jalan jadi Leyra akhirnya menelpon sopir Ayahnya untuk mengurus mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATHARA (COMPLETE)
Teen FictionSelamat membaca cerita tentang Nathan dan Leyra. Hi!! this is my first story. I wrote this story when I entered high school. Sorry for some mistakes in writing both the use of punctuation, the use of letters and others. 🦋🦋