09. Vanessa Marah

621 55 0
                                    

~^~

~^~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~^~

***

"Nevan," Nevan yang ingin pergi ke kamarnya setelah dari rumah Nessa, ia urungkan ketika sang Ayahnya memanggilnya.

"Baru pulang dari rumah Nessa?" cowok itu mengangguk menyamankan duduknya di hadapan Ayahnya.

"Gimana apa sudah ada perkembangan?"

"Belum, mungkin beberapa hari lagi mereka akan melakukan transaksi,"

"Ikuti mereka, gali terus informasi lebih dalam, supaya mempermudah kita," Nevan mengangguk dengan wajah tegas dan tajam kearah Ayahnya.

"Udah sana, ganti baju, terus temani Ayah nonton bola." suruh Ayahnya dengan santai. Nevan mendengus kesal, baru saja suasana terasa tegang, berubah seketika saat sang Ayah menyuruhnya ikut menonton bola.

"Oh iya, sebelum kembali kesini. Buatkan Ayah mie rebus cabenya lima belas. Pakai telur setengah mateng. Jangan sampai pecah," pesan Ayahnya saat Nevan sudah berada di anak tangga pertama.

"Tunggu, kelupaan." Nevan menghela napas lalu berbalik menatap datar Ayahnya, menunggu pesanannya lagi.

"Sama kopi, tapi jangan banyak-banyak kopinya. Gulanya juga yang rendah kalori. Oke." ayahnya mengacungkan jempolnya tersenyum tanpa dosa, mengabaikan wajah bete dari anaknya.

Ayahnya yang bernama Nugroho tertawa puas melihat wajah sebal dari putranya. Pak Nugroho memang paling hobi membuat putra tampannya itu kesal.

Selesai ganti baju Nevan segera turun kembali dan membuatkan pesanan Ayahnya tadi. Pertama-pertama Nevan mengambil panci yang sudah di isi air.

Sambil menunggu airnya mendidih Nevan menerima telepon dari sang kekasih.

"Lagi apa?"

"Biasa," jawab Nevan santai sambil memandang panci di atas kompor.

"Pasti lagi buatin Ayah Mie,"

"Ehm, biasa banyak maunya." terdengar suara tawa kecil dari Nessa membuat Nevan tersenyum sangat tipis.

"Sst.. Nggak boleh gitu, ntar kualat sama orang tua."

"Udah malam, tidur." suruh Nevan yang langsung membuat Nessa terdiam.

"Kenapa? Kangen Papa, atau Mama?" Nevan selalu tau apa yang sedang di rasakan oleh Vanessa, biasanya jika gadis itu berubah pendiam antara rindu dengan Papanya atau Mamanya.

"Dua-duanya,"

Nevan menghela napas, sementara tangannya memasukan mie kedalam air yang sudah mendidih.

"Besok kita jenguk mereka, nggak usah sedih. Apa perlu aku kesana?" tawar Nevan yang di tolak oleh gadis itu.

"Nggak usah, aku nggak apa-apa. Janji ya besok kita jenguk mereka?"

GoodBoy GangstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang