[𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘔𝘺 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺]
📍Awas Baper.📍
! Mengandung kata kasar !
Nevan Phoenix Saguna, memiliki sifat keras, dingin dan juga kejam, Siapapun yang mempunyai masalah dengannya di pastikan tidak akan selamat.
Di depan orang b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~•~
Malam guys ya ampun sudah lama nggak update cerita ini, maaf up malam malam. 😁
Semoga masih ada yang baca, jangan lupa bintangnya ya
-Happy Reading-
***
"Van? Seandainya Gilang beneran orang yang sering ngintai Vanessa. Lo mau apain tuh anak?" tanya Reno sambil bermain game di ponselnya.
"Bunuh!" jawab Nevan santai.
Reno menoleh dengan cepat mendelik tidak percaya. "Beneran ya, kalau udah bucin mah apapun di lakukan." ledeknya.
"Dari pada lo. Bucin ke semua cewek." timpal Jovan melirik sinis pada Reno.
Reno hanya nyengir membenarkan ucapan sahabatnya itu.
Tidak lama terdengar suara pintu terbuka, muncul Bu Novi membawakan cemilan untuk anak dan sahabat putranya. "Ya ampun tante, nggak usah repot-repot." ujar Reno merasa tidak enak.
Sementara Jovan mencebik melihat Reno sok menolak padahal itu yang di tunggu-tunggu olehnya. Nevan melirik sekejap lalu fokus kembali pada laptopnya.
"Nggak ngerepotin kok, ini cuma tante buatan puding sama bolu kukus. Sama keripik singkong oleh-oleh dari jawa ini."
"Wahh terima kasih tante,"
"Di makan ya, tante mau turun dulu." suruh Bu Novi.
"Pasti tante, sekejap pasti aku habiskan, Malah kurang." kata Reno tidak tau malu. Bu Novi terkekeh merasa lucu pada sahabat putranya itu.
Sebelum keluar dari kamar Nevan, Bu Novi melihat putranya yang fokus sekali pada laptopnya. "Jangan terlalu fokus, kabarin Vanessa. Udah makan belum dia?" peringat Bundanya.
Nevan menatap sang Bunda lalu mengangguk pelan tanpa senyum. Setelah Bundanya keluar dari kamar, Nevan mengambil benda pipih di sakunya lalu menelpon Vanessa.
Panggilan satu, Nessa tidak mengangkatnya. Nevan mengernyit lalu kembali menelpon gadis itu. Namun lagi-lagi tidak di angkat, membuat Nevan khawatir.
"Gue pergi dulu." kata Nevan sambil mengambil jaket dan kunci motor.
Cowok itu sampai mengabaikan teriakan dari kedua sahabatnya. Dan di lantai bawah pun Nevan hanya menjawab pertanyaan dari Bunda seadanya.
Pikirannya hanya tertuju pada Vanessa, ia takut terjadi sesuatu pada gadis itu hingga tidak bisa mengangkat telepon darinya.
Nevan segera turun dari motor dan melepas helmnya begitu saja. Ia mendongak melihat kamar Vanessa yang gelap. Nevan pun segera naik memanjat untuk sampai di balkon kamar kekasihnya.