[𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘔𝘺 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺]
📍Awas Baper.📍
! Mengandung kata kasar !
Nevan Phoenix Saguna, memiliki sifat keras, dingin dan juga kejam, Siapapun yang mempunyai masalah dengannya di pastikan tidak akan selamat.
Di depan orang b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anyeong Yeoreobun... Nevan balik 😂 cukup lama cerita ini nggak up semoga masih ada yang baca yang masih setia tolong tinggalkan jejak Gomawoyo.. 🙏🏻
..
~Happy Reading~
***
"Enaknya.. tiap hari libur bisa leha-leha di rumah Nevan," ujar Reno di atas kasur besar merentangkan kedua tangannya, saat ini dia dan Jovan berada di rumah ketua Blackstar.
"Setuju!" saut Jovan menjentikkan jari sembari mengunyah kacang yang sedang duduk di atas karpet tebal.
Nevan sendiri tidak peduli dengan apa yang di lakukan oleh sang sahabat, dia lebih fokus memperhatikan komputernya melihat titik merah, yang di mana itu adalah tanda keberadaan musuhnya.
Kalian tidak lupa kan, Nevan sudah menaruh sesuatu di tas milik Gilang, dan saat ini cowok tersebut ada di sebuah Cafe.
Cowok berkaos abu-abu itu menoleh kearah pintu ketika suara benda itu terbuka, muncul Bunda Novi membawakan sesuatu untuk kedua sahabatnya.
"Eh Tante," sungkan Reno kala mengetahui kedatangan Bundanya Nevan.
"Tante buatin puding, brownis coklat. sama jus mangga, semoga kalian suka ya?" katanya menaruh nampan itu di atas meja.
"Ya ampun Tante, nggak usah repot-repot." kata Jovan sopan.
Nevan mendengus pada kedua sahabatnya lalu beralih menatap komputernya lagi, sahabatnya ini paling bisa berakting.
Seolah-olah malu dan tidak mau, Padahal hatinya sangat senang mendapatkan makanan dari Bundanya secara gratis.
"Makan enak!" seru keduanya saat Bunda Novi sudah keluar dari kamar Nevan.
"Van lo nggak mau?" tanya Reno, cowok itu sudah menghabiskan beberapa potong puding dan juga dua potong brownis.
Nevan menggeleng pelan, menolak tawaran sahabatnya, dia memajukan tubuhnya menyangga dagunya dengan tangan kiri, memperhatikan titik tersebut.
Namun tidak lama, dahinya mengerut kala melihat ada satu titik lagi di tempat itu. Menggeser kusor pada komputernya Nevan memastikan bahwa apa yang dia lihat adalah benar.
Matanya berubah tajam dengan rahang mengeras, meraih ponselnya cowok itu menelepon seseorang, tapi sayangnya orang yang dia telpon tidak mengangkatnya.
Tanpa pikir panjang, Nevan berdiri. Menyambar jaket, kunci motor bersama helm miliknya.
"Nevan lo mau kemana!" teriak Reno yang tidak di pedulikan oleh cowok tersebut.