[𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘔𝘺 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺]
📍Awas Baper.📍
! Mengandung kata kasar !
Nevan Phoenix Saguna, memiliki sifat keras, dingin dan juga kejam, Siapapun yang mempunyai masalah dengannya di pastikan tidak akan selamat.
Di depan orang b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Annyeong.. Yuk bisa yuk tinggalkan jejak.
•Happy Reading•
***
"Di makan," kata Nevan untuk Vanessa.
Saat ini Nevan dan Vanessa sedang makan malam, tadi cowok itu meminta makanan dari luar, Nevan paling tidak suka jika harus makan-makanan dari rumah sakit.
Ingat kata Bundanya tadi sore, bahwa Vanessa susah makan saat dia tak sadar, membuatnya memaksa Nessa makan banyak.
"Kok dari tadi cuma aku yang makan, kamu juga dong." protesnya, Nessa sedang kesal pada Nevan karena pacarnya itu dari tadi hanya menyuapi sendok kearah mulutnya, sedangkan untuk dirinya sendiri hanya satu dua kali.
"Yang sakit kan kamu, jadi yang harus makan banyak kamu bukan aku." ujarnya menatap galak pada cowok itu.
"Sini. Biar aku yang nyuapin," Nevan menyerahkan sendok sambil tersenyum tipis saat melihat tingkah lucu sang pacar.
"Nevan!" teriak seseorang saat baru membuka pintu.
Nevan memutar bola matanya jengah, menatap sebal pada kedua sahabatnya yang datang langsung menimbulkan keributan.
"Akhirnya lo hidup. Gue pikir lo end!" ujar Jovan asal.
Dan memukul tubuh Nevan tepat bagian yang sakit, sampai membuat Nevan mendelik dengan mengucap serapah untuk Jovan.
"Hehe_ sorry nggak sengaja." cengirnya tak bersalah.
"Lo bisa nggak sih. Nggak usah bar-bar!" pekik Nessa gantian memukul pundak jovan sangat kuat.
"Lo pikir nggak sakit!" lanjutnya, Nessa tak terima Nevan di perlakuan seperti itu oleh Jovan.
Dia memang tau, jika Jovan bercanda. Namun jika sampai membuat Nevan kesakitan, dia tak terima.
"Lo juga. Main mukul-mukul pundak. Lo pikir nggak sakit!" ujar Jovan tak mau kalah.
"Kalau kalian ribut, lebih baik keluar!" suara berat milik Nevan sukses membuat keduanya terdiam.
Vanessa menekuk bibirnya, lebih memilih menghabiskan makanannya.
"Tau nih! Ribut mulu. Damai dikit napa," lanjut Reno yang berdiri di samping Jovan.
Tidak lama ada yang masuk lagi, seorang pemuda dengan sweter hitam, dia adalah Galih anggota Blackstar yang sudah mendonorkan darahnya untuk Nevan.
"Sini, ngapain lo di situ." suruh Reno yang melihat Galih tak kunjung mendekat.
Pemuda itu merasa canggung, Selama ini dia hanya berkumpul jika Anggota Blackstar sedang ada kegiatan, selebihnya dia tak pernah mengobrol ataupun berkumpul bersama Nevan, Jovan dan juga Reno.
