[𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘔𝘺 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺]
📍Awas Baper.📍
! Mengandung kata kasar !
Nevan Phoenix Saguna, memiliki sifat keras, dingin dan juga kejam, Siapapun yang mempunyai masalah dengannya di pastikan tidak akan selamat.
Di depan orang b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tekan Bintang sebelum membaca ya. Kayaknya cerita ini bakal sering up ;) Jadi mohon dukungannya
~°~
°Happy Reading°
***
"Assalamu'alaikum Bunda," salam Nessa sedikit berteriak.
"Wa'alaikumsalam, Masyaallah Vanessa.." heboh Bunda Nevan, memeluk dan mencium Vanessa berulang kali seperti sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
"Bun, masa Nessa aja yang di sambut? Aku ini anak Bunda lho. Peluk juga gitu.." kata Nevan sebal karena ia di abaikan oleh dua wanita beda generasi tersebut.
"Meluk kamu udah bosen, dari bayi sampai segede gini juga masih suka di peluk. Bahkan masih suka di temani kalau tidur!" Nevan mendelik tidak percaya dengan jawaban sang Bunda yang melukai harga dirinya di depan sang pacar.
Vanessa terkikik menjulurkan lidahnya kearah Nevan. "Tau ah.. Bunda pilih kasih," kesal Nevan bernada menggemaskan di telinga Bunda Novi.
Cowok itu lebih memilih naik ke lantai dua untuk berganti baju. Sementara Vanessa dan Bunda Novi duduk di taman belakang sambil menikmati teh yang sudah di buatkan oleh asisten rumah tangga di rumah Bunda Novi.
"Gimana sekolahnya? Lancar, ada kesulitan nggak?" tanya Bunda sambil menyesap tehnya.
"Nggak ada Bun, kan kalau susah tinggal minta di ajarin Nevan," kekehnya.
"Iya sih, pokoknya kalau dia nggak mau. Kamu bilang Bunda, biar Bunda jewer telinganya nanti." Vanessa tertawa. Ia selalu suka jika berbicara dengan Bunda Novi. Nessa seperti mengobrol dengan Ibunya.
Dulu Ibunya juga sering bertanya tentang sekolahnya. Jika dia mengalami kesulitan, sang Ibu siap membantu.
"Kenapa?" Nessa tersentak saat usapan lembut bersama suara Bunda Novi menyadarkannya dari lamunannya.
Nessa mencoba tersenyum tipis lalu menggeleng. "Butuh pelukan?" tawar Bunda Novi yang sudah merentangkan tangannya.
Tanpa ragu Nessa menghambur dalam pelukan Bunda Novi. Ia merasa nyaman, sama seperti dulu saat ia di peluk oleh Ibunya. Hanya dengan Bunda Novi Nessa bisa meluapkan rasa rindunya pada sang Ibu.