48. Isu pagi

559 46 25
                                    


Happy reading🌼

48. Isu pagi

Jika hadirmu hanya sekedar singgah. Beri aku senyum mu, jangan beri hatimu.

~Zahra Aulia~

***

Mading sekolah SMA Adijaya sudah banyak di kerumuni siswa siswi. Berita yang menghebohkan pagi ini, khususnya para kaum hawa, bersorak histeris, ada yang sedih, ada yang senang dan ada pula yang menyayangkan hubungan mereka. Banyak yang tidak menduga dengan isu pagi ini. Apa lagi sang idola sekolah, yang banyak penggemarnya. Ini merupakan hari patah hati nasional khususnya penggemar moswanted sekolah yang telah menemukan pendamping hidupnya. Tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan hati manusia es batu itu.

"Ada apa sih rame-rame," gumam Zahra saat melewati mading yang di penuhi siswa siswi. Karena rasa ingin tahu Zahra melangkah menuju mading tapi, belum sempat melangkah tangan Zahra tiba-tiba di tarik, dan pada akhirnya Zahra menoleh kesamping siapa yang telah menarik tanganya itu.

"Lo mau kemana?" tanya Lia pada Zahra yang hendak melangkah.

"Gue mau liat itu, ada apa rame banget," jawab Zahra menunjuk mading.

"Ngga usah di liat Zar, ngga penting," ucap Lia membuat Zahra mengerutkan kening.

"Masa sih? Tapi kayanya rame banget" kekeuh Zahra mading semakin ramai pengunjung.

"Ngga usah Zar, lebih baik kita masuk kelas," ajak Lia.

"Kalo emang ngga penting kenapa bisa rame banget, ngga mungkin ngga penting bisa rame kaya gitu." ujar Zahra.

Lia bingung harus mengatakan apa. Lia sendiri juga sudah melihat mading itu saat dirinya terlebih dahulu datang kesekolah ketimbang Zahra.

"Lo kok bengong? Perasaan gue makin ngga tenang, gue harus liat!" ucap Zahra lagi-lagi tangannya ditarik oleh Lia, Zahra menggerutu kesal.

"Apa lagi sih Lia?" kesal Zahra menunda-nunda dirinya untuk melihat mading.

"Gue sarani sama lo jangan," ujar Lia sambil menggelengkan kepalanya.

"Emang kenapa sih? Gue cuma liat doang?" geram Zahra.

"Justru itu kalo lo liat lo bakal--" Lia belum selesai berbicara Dima tiba-tiba datang menjerit memanggil-manggil nama Zahra.

"Zahra! Zahra! Zar!" teriak Dima memanggil nama Zahra dengan napas tersenggal karena berlari. Gadis itu menumpuhkan kedua telapak tangan pada dengkulnya sesekali mengatur napasnya.

"Kenapa Dim? Ada apa?" tanya Zahra heran.

"Ii-tu lo haa-rus liii-aat," ucap Dima terbata-bata dengan mengatur napas.

"Liat apa?" tanya Zahra semakin bingung.

Lia sudah memberi kode lewat mata namun, Dima tidak peka sama sekali. Lia semakin geram melihat Dima yang tidak peka itu setiap instruksi dari sorot mata Lia, bahkan Lia sudah memberikan kode lewat alis, bibir semua bagian wajah sudah ia berikan tapi lagi lagi, Dima tak kunjung mengerti arti dari ekspresinya, padahal gadis itu mengamati raut wajah Lia yang sudah berbagai macam ekspresi yang ia tunjukan. Dima pura-pura tuli, ia pun tak menghiraukan.

"Ii-itu di san--" tunjuk Dima mengarah mading.

Lia benar-benar kesal dan kehabisan akal ia pun menginjak ujung kaki Dima dengan kakinya.

"Aww," Dima meringis kesakitan saat kakinya di injak Lia.

"Lo apa-apan sih?" marah Dima.

Zahra menatap keduanya heran. Perasaan tidak enak. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan, Zahra sudah sangat penasaran apa isi mading itu, secara diam-diam Zahra melangkah kaki meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang adu mulut. Tanpa sepengetahuan Dima dan Lia.  Kesempatan ini dipakai Zahra untuk melihat isi mading tersebut.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang