******
El segera membalikan badan menghampiri Zahra yang sedari tadi dibelakanya dan menarik lengan tangan Zahra untuk pergi dari tempat itu.
Kelima temanya termangu tak percaya dengan perkataan Reina. Selama ini mereka mengenal Reina adalah sosok perempuan yang lemah lembut, dan polos tapi sekarang itu sudah berubah seketika.
"Gak nyangka gue Rei," ucap Banu pada Reina menggelengkan kepala.
"Lo gak seperti Reina yang inyong kenal dulu?" timpal Pono.
"Gue tau gimana perasaan lo saat El dekat dengan perempuan lain. Tapi bukan mojokin orang Rei?" celetuk Egi.
"Yuk guys cabut?" ucap Tama pada keempat temanya.
Reina menatap nanar dengan kelima cowok itu yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri, yang lebih membela perempuan itu dari pada dirinya.
Arrggh
Reina mendesah sambil menghentakkan kedua kakinya.
"Semuanya salahin gue, ini semua gara-gara cewek cupu itu. Awas aja nanti!" gerutu Reina.
***
El terus menggandeng telapak tangan mungil Zahra sampai didepan toilet cowok. Gadis itu hanya diam sesekali mencerna ucapan yang dilontarkan oleh Reina tadi. Aku cupu, aku jelek, memang akau gak pantes dapetin orang seperti El. Itulah sekarang yang ada di pikiran Zahra.
"Kamu tunggu disini, aku ganti baju dulu!" ucap El sambil melepaskan genggaman tangannya. Zahra hanya diam tak menjawab. 10 menit Zahra masih setia menunggu didepan pintu toilet cowok.
El keluar dari dalam kamar mandi dengan pakain yang sudah terganti,pakain putih abu-abunya, kemeja putih yang jarang sekali ia masukkan kedalam celana seperti anak-anak yang lainya.
El melihat Zahra yang sedang melamun. "Ra?" panggil El sambil melambaikan tangan di wajah Zahra. Zahra tak bergeming.
"Raa.. Hey..?" panggil El lagi memajukan wajahnya di depan wajah Zahra sedikit membungkukan badanya. Ia dapat merasakan deru napas gadis itu.
Zahra tersentak dari lamunanya. "Ehhh.. ."
"Kamu ngelamunin apa? Gak baik ngelamun didalam kamar mandi!" ujar El.
"Uda ayo keluar?" titah El mengambil telapak tangan Zahra membawa kedalam genggaman tangan besar miliknya.
Zahra menarik napasnya dan membuang napasnya secara perlahan. "Iya."
Mereka berjalan kearah kantin, kini situasi kantin sangat sepi karena jam masuk kelas sudah 10 menit yang lalu.
"Lo kok kita kekantin?" tanya Zahra heran yang baru sadar sekarang berada di kantin.
"Duduk dulu?" ucap El.
"Aku mau ke kelas, nanti pak Iron marah, selain guru kiler dia juga nyeremin?" ucap Zahra.
"Uda nanti aku yang bilang izin sama pak Iron?" jawab santai El, sultan mah bebas.
"Tapi El-" ucapan Zahra terpotong.
"Uda duduk Ra, kita makan dulu?" jawab El.
"Aku uda makan?."
"Iya uda temenin aku makan?" timpal El.
Zahra mendengus, ia pun akhirnya pasrah dan nurut dengan perkataan El. El orang yang tidak suka dibantah dengan ucapanya. Membuat Zahra hanya bisa bersabar dan menuruti perkataan cowok itu.
Disela-sela makan Zahra hanya diam tak bersuara seperti biasa yang bawel, pasti ada aja ocehan yang ia bawa. Tapi kali ini ia tak seperti Zahra yang bawel. El melirik Zahra ia tahu betul apa yang sedang dipikirkan oleh gadis yang ada dihadapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDIANO
Teen FictionKisah yang berawal dari janji dan menjadi sebuah takdir yang mempertemukannya. Kisah cinta yang harus dijalani karena terikat oleh sebuah perjanjian. Janji yang dimiliki oleh ketua geng motor Traider-x, cowok yang terkenal dengan julukan bad boy dis...