12. Masa lalu

1.3K 123 53
                                    


Waktu yang terlalu cepat menjadikannya semua masa lalu.

~Aouthor~

******

Pagi ini matahari begitu terang dan menerobos jendela kamar cowok itu. El yang sedang tidur terusik membuat sang empuh terbangun. Pukul sudah menunjukkan 07.15 menit. El menggerakkan otot-otot yang menegang karena tertidur. Bukan bangkit untuk mandi melainkan memainkan ponselnya terlebih dahulu. Melihat banyak grup chat dari sahabat-sahabatnya yang tidak sempat ia buka tadi malam.

Pono Sujiwo : wooii bos kemana lo?

Banu Anggara : Nah iya ni, kok gak ke Kp lo?

Tama Andrean : Bos kita uda gak jomblo lagi meng?

Egi perwira : Emang lo lo pada, jomblo berkarat!.

Banu Anggara : kek lo gak aja Gi?

Egi Perwira : kalo gue iya gak lah, banyak setok gue!

Albino Syaputra : hati-hati lo mainin cewek mulu, entar kenak azab.

Tama Andrean : (2).

Pono Sujiwo : (3).

Banu anggara : (4).

Egi Perwira : lo kok ngomong gitu bin, jahat lo doain temen sendiri.

Egi Perwira : Dasar punya temen LUKNUT!!.

El menggelengkan kepalanya melihat isi chat dari teman-temanya itu. Segera ia bangkit untuk mandi, setelah selesai mandi cowok itu menggunakan baju santainya kaos putih ketat yang membuat bentuk badanya terukir dengan jelas dan celana pendek selutut. Ia turun dari kamarnya untuk sarapan, berjalan kearah dapur sambil mengacak-acak rambutnya yang basah. Terlihat seorang pria paruh baya yang sudah berada di meja makan, El berbalik badan untuk pergi kekamarnya lagi, ia tak ingin berjumpa dengan papanya. Belum sempat melangkahkan kaki, Irfan memanggilnya.

"El," panggil papa "Sini kita sarapan bareng, Uda lama kita gak makan satu meja," ajak papa.

"Aku gak laper," jawab El ketus.

"El, papa pulang untuk menghabiskan waktu bersama kamu, Ngobrol bareng kamu," Irfan menghela napas dalam "Mau sampai kapan kamu terus membenci papa?" tanya Irfan.

El menatap kearah Irfan. "Apa papa gak tau kesalahan papa dimana?" tanya El.

"Papa tau papa sa-" ucapan Irfan terpotong saat El menjawabnya.

"Untuk apa papa pulang? Toh aku emang gak penting buat papa," ucap El sedikit menaikan suaranya.

"Selama ini papa lebih mementingkan pekerjaan papa, Papa gak ada waktu buat aku sama mama, Sampai mama gak ada pun papa masih gak peduli," jawab El nada tinggi naik satu oktaf.

El melirik papanya. "El gak butuh uang papa, El butuh perhatian papa," jelas El penuh penegasan dengan nada sedikit turun.

Irfan menghampiri anaknya yang berada diatas tangga. "Papa tau El papa salah, Justru itu papa pulang mau perbaiki ini semua," ucap papa lirih.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang