21. Mati

1K 85 14
                                    


******

Udara malam begitu sangat sejuk, dan cuaca terang bulan. Malam ini El ingin berkumpul dimarkas Traider-x bersama teman-temannya. Seperti biasa hanya untuk menghabiskan waktu berkumpul selayaknya keluarga. Cowok itu turun dari kamarnya dan berjalan melewati setiap anak tangga, saat berada ditangga terakhir El menatap tajam dengan mata elang kepada Reina yang sudah berada dirumahnya.

"Ngapain lo kesini?" tanya El ketus.

Reina berdiri dan menghampiri El sambil bergelanyut manja dilengan El. "Gue minta maaf El? Gue ngomong gitu biar lo Sadar?" ucap Reina.

El melepaskan tangan Reina dengan kasar. "Sadar? Maksud lo apa?" tanya El mengulang ucapan Reina dengan suara beratnya.

"Sadar, siapa yang jadi pacar lo itu? Dia gak pantes sama lo. dia cupu, miskin lagi!" ucap Reina yang masih menjatuhkan Zahrah dihadapan El.

"Cukup! Lo gak tau apa-apa tentang Zahra! Jadi stop lo hina pacar gue?" jawab El sambil melangkah pergi.

"Gue mau jadi pacar lo El?" ucap Reina sedikit berteriak.

El memberhentikan langkah kakinya dan membalikan badan menghadap Reina.

El menaikan satu alisnya keatas. "Pacar? Lo gila?" ujar El.

"Lo dulu pernah bilang ke gue, kalo lo suka sama gue, lo sayang sama gue?" ucap Reina  menghampiri El.

El mengerutkan keningnya dan menatap heran Reina, apa perempuan yang dihadapannya sekarang sudah gila pikirnya.

"Gue gak pernah ngomong gitu sama lo!" jawab El.

Reina melangkahkan satu langkah kakinya dihadapan El dan menatap lekat manik mata cowok itu. "Lo lupa? Apa pura-pura lupa?" ujar Reina.

El mengalaihkan pandangannya dan membuang napas dalam. Sudah hampir habis kesabaran menghadapi perempuan yang ada dihadapannya sekarang.

"Gak usah bertele-tele, kapan gue ngomong gitu sama lo?" ucap El sedikit menaikan nada tinggi.

"Lo pernah bawa gue kedanau, lo bilang disana kalo lo suka sama gue dan lo sayang sama gue?" jawab Reina yang masih terus menatap El.

El tersenyum miring. "Itu ucapan bocah ingusan, lo percaya?" ujar El menatap mata Reina penuh tantangan.

"Yang penting lo pernah ngungkapkan perasaan lo ke gue?" ucap Reina sambil menunjuk dada El.

El membuang wajahnya kearah lain lalu menatap manik mata Reina penuh penjelasan.

"Setelah gue ngungkapkan itu, lo kemana? Lo pergi gitu aja tanpa sepata kata pun. Gue terus nungguin jawaban dari lo, tapi apa lo pergi? Dan sekarang lo baru jawab sekian tahun lo pergi setelah gue punya pengganti lo!" ucap El mengeluarkan segala unek-uneknya yang selama ini ia pendam sendiri.

Reina bungkam, ia tak dapat menjawab semua yang dikatakan El. Ia pernah bodoh,bodoh meninggalkan El begitu saja tanpa mengucapkan sepata kata. Dan sekarang ia menyadari kesalahananya, ia menyadari kebodohannya yang ia lakukan selama ini, andai waktu bisa di putar kembali mungkin hubungannya dengan El sekarang jauh dari kata teman atau sahabat, namun sayang itu semua tidak dapat diulang kembali. Reina masih terus bungkam mengunci mulutnya rapat-rapat.

"Kenapa lo diam?  JAWAB!" ucap El menaikan nada tinggi satu oktaf.

Reina menatap El dengan mata sendu. "Maafin gue El, gue salah? Gue mau kita jalani sama-sama seperti dulu lagi. Kita mulai lembaran baru!" ucap Reina memohon.

"Semua uda terlambat, perasaan gue ke lo uda MATI!" jawab El sambil menekankan kata mati sambil melenggang pergi keluar rumah besarnya.

Reina berlari mengejar El sambil menjerit-jerit memanggil nama El, tetapi El tidak menghiraukan terikan Reina, ia masih terus berjalan ke arah motor besar miliknya.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang