******Cowok itu sekarang berada di markas Traider-x bersama dengan teman-temanya. Kali ini El tidak bisa menghantarkan gadis itu untuk pulang, karena ada keperluan mendadak. Ia juga sudah memberikan pesan pada Zahrah sebelum pulang sekolah. El sedang duduk santai sambil mengisap sebatang rokoknya sesekali membuang asap rokok melalui hidung dan mulutnya.
"Tam, lo beli kamera baru lagi?" ucap Banu pada Tama.
Tama memiliki hobi memotret gambar, seperti pemandangan alam atau nature, perjalanan atau urban street, bokeh, ekstream bahkan makanan sekalipun. Ia juga banyak mempunyai koleksi berbagai gambar hasil memotret sendiri, tidak hanya itu bahkan ia memiliki banyak kamera berbagai merek. Selain hobi, Tama juga bercita-cita menjadi seorang fotografer.
Tama melirik Banu sebentar, kemudian langsung menatap kembali ponselnya. "Iya" jawabanya singkat.
"Lo beli lagi? Mau buat apa kamera banyak-banyak dirumah lo, mau buka toko kamera lo?" celetuk Egi.
"Suka-suka tama dong, duit-duit dia juga. Kok lo yang sewot!" timpal Pono pada Egi.
Egi melirik Pono."Ehh kutu diam lo, nyambung aja lo!" celetuk Egi.
"Gak lo bawa, bawa dong gue mau liat!" ujar Banu pada Tama yang masih asik dengan ponselnya.
"Males gue, entar rusak sama lo pada?" jawab Tama ketus.
"Pelit lo!" gerutu Egi.
"Merek apa tam?" tanya Albino bersuara emas.
Seketika Tama langsung bangkit dari rebahan dan segera menyimpan ponselnya kedalam saku celana.
"Akhirnya lo ngomong juga, gue dari tadi nungguin lo ngomong bin?" ucap Tama pada Albino yang tengah menatapnya.
Albino memalingkan wajahnya kearah lain dan membuang napas dalam. "Gue nanyak, merek apa?" tanya ulang Albino dengan nada suara yang lembut.
"Canon, EOS 90D!" jawab Tama.
Albino hanya manggutkan kepalanya, dan kembali terdiam.
Pono melototkan kedua bola matanya. "Itu yang terbaru?" tanya Pono tak percaya.
Tama hanya berdehem saja. "Biasa aja kali mata lo, loncat baru tau rasa!" celetuk Tama.
Egi menggelengkan kepala mendengar jawaban Tama. "Gila, sultan mah bebas mau beli apa aja?" ujar Egi heran kepada Tama, hanya untuk sebatas hobi ia tak sayang untuk membeli kamera yang harga tinggi sekalipun.
"Holang kaya??" timpal Banu.
"Itu kualitasnya sekitar 32,5 MP?" ujar El.
"Iya, kamera refleksi lensa tunggal (single-lens reflex/SLR)" jawab Tama memperjelas.
"Berapa harganya?" tanya Pono pada Tama.
"Kalo soal harga privasi gue?" jawab Tama.
Saat asik berbicara tentang kamera milik Tama seorang sultan, terdengar suara cempreng milik Reina memanggil El menggema seisi markas.
"EL!!" panggil Reina berteriak-teriak.
Pono, Banu, Egi dan Tama menutup kedua telinga mereka akibat suara keras Reina.
"Lo ngapain sih jerit-jerit kek tarsan, lo kira ini hutan?" celetuk Banu sebal pada Reina.
Reina menatap Banu sinis. "Apa sih lo?" ucap Reina.
El menatap Reina dengan wajah sebalnya. "Ngapain lo kesini?" ucap El tak suka pada Reina.
Reina duduk disamping El. "Gue ada berita bagus buat lo?" ucap Reina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDIANO
Teen FictionKisah yang berawal dari janji dan menjadi sebuah takdir yang mempertemukannya. Kisah cinta yang harus dijalani karena terikat oleh sebuah perjanjian. Janji yang dimiliki oleh ketua geng motor Traider-x, cowok yang terkenal dengan julukan bad boy dis...