47. Perayaan besar ||TUNANGAN||

594 46 27
                                    

Happy reading🌼

47. Perayaan besar ||TUNANGAN||

Biarkan semua berjalan sesuai dengan takdir tuhan.___

***

Eldiano sedang dalam keadaan benar-benar marah, sorot mata yang tajam, tangan terkepal kuat, urat-urat bagian leher dan tangan timbul begitu jelas, napas naik turun tidak beraturan. Apalagi cowok ini tipikal orang yang sangat mudah marah. Eldiano baru saja menerima telpon dari Adijaya-kakeknya. Perihal tunangannya yang akan di laksanakan nanti malam dihotel mewah milik Adijaya sendiri.

Situasi markas begitu hening, tidak ada yang berani berkutik sedikit pun. Melihat raut wajah kemarahan sang ketua. Untungnya kondisi markas saat ini hanya ada beberapa anak Traider-x disana, termasuk Egi, Banu, Tama, Albino dan Pono. Sebagian anggota Traider-x sedang keluar untuk mencari makan dan pada kesibukannya masing-masing. Eldiano sendiri tidak memaksa pada anak-anak yang lain untuk selalu datang kemarkas walaupun hanya berkumpul, tapi jika ada sesuatu yang mendadak Eldiano mewajibkan kepada seluruh anggota untuk ikut serta dalam keorganisasian yang telah di tetapkan di dalam geng mereka.

Kelima anak laki-laki itu hanya diam, tidak ada yang berani membuka suara. Apalagi mereka ini yang biasanya selalu merecoki. Tapi, saat melihat kondisi yang tidak kondusif, melihat raut wajah Eldiano seperti orang yang ingin menerkam mangsa.

Egi yang melihat keadaan yang begitu tegang, ia pun pura-pura menetralkan suara dengan berdehem beberapa kali.

"Kenapa lo diam aja? Kenapa lo ngga lakuin sesuatu?" ujar Egi mulai bersuara bertanya pada Eldiano yang hanya diam di tempat tidak berkutik sama sekali.

"Hah bener bos, kita siap bantu lo." balas Pono setuju dengan Egi.

"Gimana kalo kita gagalkan aja acaranya, kita cari cara supaya El ngga jadi tunangan sama Reina?" ujar Banu dan mendapat anggukan dari ketiga temannya.

"Ngga perlu," jawab Eldiano yang mendapat tatapan aneh dari yang lain.

Banu sedikit mencondongkan badan kedepan, tangan yang bertumpu di atas paha. "Kenapa ngga perlu? Emangnya lo mau tunangan sama orang yang ngga lo cintai?" tanya Banu pada Eldiano.

"Ngga ada orang yang mau ada di posisi seperti ini," ucap Eldiano dengan serius menatap balik Banu.

"Terus lo diam aja gitu?" ujar Banu dengan tersenyum menyungging. "Kalo lo terus diam aja kaya gini, masalah lo ngga akan kelar El!" tekan Banu.

"Ngga semua masalah bisa di selesaikan dengan cara yang licik!" sahut Albino.

"Maksud lo apa? Lo bilang cara gue licik, iya?" Banu meninggikan suaranya.

Pono memegang kedua pundak Banu, untuk menahan cowok itu agar tidak kelepasan emosi.

"Kenapa kalian yang jadi berantem?" ucap Egi menatap Banu dan Albino.

"Lo yang salah mengartikan kata-kata gue. Seakan gue itu nyinggung lo," balas Albino pada Banu. "Yang gue maksud, ngga semua masalah bisa diselesaikan. Apalagi ini masalah keluarga, masalah pribadi El. Biarkan semua El yang memutuskan. Kita ngga berhak!" jelas Albino yang mendapat tatapan dari temannya. Baru kali ini seorang Albino berbicara panjang.

"Tugas kita sebagai sahabat, memsupport, mana yang terbaik buat dirinya. Bukan malah menambah masalah," lanjut Albino tegas, namun suara lembut.

Sementara yang lainnya mengangguk setuju.

"Benernya juga yang dibilang Albino. Kita ngga berhak menuntut El, semua keputusan ada ditangan El." ucap setuju dari Tama.

"Jadi lo bakal terima tunangan sama Reina?" tanya Egi pada Eldiano.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang