51. Jangan Pergi

628 49 28
                                    


Happy reading🌼

51. Jangan Pergi

Selama kamu tidak memaafkan masa lalumu. Kamu akan terus menyakiti siapa pun yang mencintaimu.__

***

Setelah mengantarkan Zahra pulang. Galang tidak langsung pulang, ia sedang menunggu seseorang. Galang akan bertemu dengan Wira sekarang juga, cowok itu harus berbicara dengan perempuan itu. Sudah hampir satu setengah jam Galang masih terus menunggu di balik tembok pagar. Matanya menatap kesana kemari hingga menangkap sosok yang ia tunggu sedari tadi, sedang berjalan dari arah depan. Galang cepat-cepat turun dari atas motor.

"Bun," panggil Galang lembut.

Hingga perempuan itu menoleh kepadanya. Wira langsung buru-buru pergi tanpa mengatakan apapun dengan cepat Galang menghadang Wira.

Wira dengan malas menatap Galang. "Ada apa kamu kesini?" tanya Wira.

"Aku kangen sama bunda, apa bunda ngga kangen aku?" ujar Galang.

Wira menaikkan sudut bibirnya. "Bukanya kamu punya ayah yang bisa kamu harapkan, yang bisa menyayangi kamu," ujar Wira.

"Aku juga anak bunda," jawab Galang merasa tidak dianggap.

"Sekarang jalani hidup masing-masing, kamu dan ayah kamu. Jangan ganggu saya dan anak saya lagi," balas Wira tidak ingin ada di posisi seperti ini.

"Bunda boleh marah sama ayah. Tapi, jangan sama aku bun, aku juga ngga tau apa-apa soal masalah kalian waktu itu. Apa aku salah menuntut kasih sayang dari bunda?" ucap Galang.

"Pergi," usir Wira sambil menahan bendungan air mata.

"Bun kasih aku kesempatan untuk bisa bersama dengan bunda lagi," lirih Galang memohon menggenggam tangan Wira dengan lembut.

Wira tak kuasa menahan air matanya.  Sebenarnya ia pun rindu dengan anak sulungnya itu. Namun, Wira berusaha tidak peduli. Bagaimana pun Wira adalah seorang ibu, pasti akan merasakan hal yang sama pada ibu lainnya. Melihat anaknya yang telah tumbuh dewasa seperti ini.

"Baik bun, kalo bunda belum bisa nerima aku. Ijinkan aku untuk peluk bunda kali ini," ujar Galang namun Wira tak bergeming.

Dalam hati Wira, ia juga sangat ingin memeluk putranya itu. Wira hanya diam tanpa menjawab. Tanpa Wira menjawab Galang langsung memeluknya dengan hangat. Awalnya Wira tidak membalas pelukan itu. Lama kelamaan hatinya terbawa dan merasakan terbalaskan rasa rindu bertahun-tahun. Wira merasa menjadi seorang ibu yang jahat, telah meninggalkan anaknya begitu saja. Apakah pantas Wira di katakan seorang ibu lagi bagi Galang?.

Galang melepaskan pelukkannya. "Cepat atau lambat Zahra akan tau semuanya," ujar Galang.

Wira langsung menatap Galang dengan menggelengkan kepala. "Bunda mohon sama kamu, jangan kasih tau Zahra dulu," ujar Wira pada Galang.

"Sampai kapan bun, ayah juga uda tau soal ini," ujar Galang membuat Wira kaget.

"Kenapa kamu kasih tau ayah kamu?" tanya Wira tak ingin Dirga mengetahui Zahra.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang