27. Pawang

984 70 42
                                    

******

Siang ini seluruh siswa dan siswi SMA Adijaya tengah berbaris ditengah lapangan luas sekolah, dibawah teriknya matahari.  Pasalnya ada sedikit informasi yang akan disampaikan oleh guru BK setiap kelas. Enam orang anak laki-laki berjalan santai menuju lapangan, siapa lagi kalau bukan pasukan Traider-x (penguasa) sekolah, sementara murid-murid yang lain mereka terburu-buru ingin cepat sampai di lapangan, bahkan sebagian dari mereka ada yang berlari-larian,  mendengar suara teriakan bu Endang dengan mikropon sekolah yang sedang menghitung mundur, seakan-akan memberi peringatan.

Lima

Empat

Tiga

...

Itulah suara teriakan bu Endang dengan mikropon di tangan kanannya, memandu seleluruh siswa siswi SMA Adijaya.

Enam orang pasukan Traider-x mereka memasuki area lapangan dengan santai, bahkan mereka sama sekali tidak memperdulikan sorotan mata  siswa siswi yang sedang menatap mereka, mereka berenam memasuki barisan anak kelas XII paling belakang.

Bu Endang selaku guru BK kelas XII melihat gerombolan anak laki-laki yang baru memasuki lapangan dengan barisan paling belakang, padahal aba-aba yang di berikan oleh bu Endang sudah habis itulah ibarat katanya.

"Dari mana kalian, baru sampai dibarisan?" tanya bu Endang kepada anak laki-laki barisan paling belakang.

"Santuii dong bu, entar tambah panas bu kalo ibu marah-marah terus sama kita?" jawab Egi santai sambil mengipas area wajah yang panas akibat paparan sinar matahari, menatap bu Endang yang berada di depan barisan.

"Ciee ibu rindu ya sama kita!"  Banu mencoba menggoda pada bu Endang.

"Rindu... Uuu..rindu se rindu rindunya... Aaaaa..." suara berat Pono menyanyikan lagu dangdut.

"Ini temen lo abis pulang dari RSJ?" tanya Egi pada Banu.

"Ini bukan temen gue, kemarin gue nemu dijalan, terus gue bawak ke RSJ!" jawab Banu melirik Pono.

"Temen luknut lo pada?" celetuk Pono pada kedua temanya.

Buk Endang berkacak pinggang membuat orang yang melihat raut wajah bu Endang bergidik takut, namun tidak dengan keenam anak manusia ini, mereka sama sekali tidak merasa takut setiap kali bu Endang marah.

"Sudah.. DIAM!!, pusing kepala saya ngadepin kalian!!" ucap bu Endang yang sudah mulai darah tinggi.

"Lo liat bu Endang serem banget kalo lagi marah, kaya monster hijau?" bisik Pono pada Tama.

"Monster hijau?, hulk kali?" jawab Tama cekikikan pelan, yang masih dapat didengar oleh bu Endang.

"Sabar bu, sabar orang sabar rezekinya lebar!" ucap Pono kepada bu Endang.

"Salah lo, pantatnya yang lebar!" timpal El sambil melirik bu Endang sekilas, seakan-akan menyindir bu Endang.

Bu Endang paham arah pembicaraan El, cowok itu sedang menyindir dirinya.

"Bukan saatnya bercanda, itu ngapain ketawa-tawa ada yang lucu?" ucap bu Endang kepada Tama dan Pono yang sedang tertawa.

"Pono kentut bu, bauk banget, coba ibu kesini deh, cium pantat Pono" alibib Tama sambil memijit ujung hidungnya.

Semua anak kelas XII melirik Tama dengan mata melotot, apa yang Tama katakan barusan, cium pantat dan membuat bu Endang menatap tajam Tama. Cowok itu tersadar dengan apa yang ia katakan.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang