57. Apa masih ada harapan?

431 45 17
                                    


Happy reading🌼

57. Apa masih ada harapan?

Tak ada yang menyakitimu, kau hanya terluka oleh harapanmu sendiri_

***

"El!" Reina terus memanggil Eldiano dan mengikuti kemana Eldiano pergi.

Lorong terlihat sangat ramai karena waktu jam istirahat. Semua orang memperhatikan Reina yang terus mengekori Eldiano. Tapi Reina tidak memperdulikan lirikkan mata mereka yang menilainya buruk.

"El bisa gue ngomong sebentar sama kamu?" ucap Reina sambil menarik lengan cowok itu.

"Bisa jangan ganggu gue dulu," pinta Eldiano pada Reina yang sedari tadi membeo.

"Untuk kali ini El," ucapan permohonan Reina dengan wajah sendu. "Mungkin ini terakhir kali gue mengganggu kamu, ngejer-ngejer kamu dan berharap sama kamu." awalnya Reina mencoba untuk membendung air mata yang menggenang di pelupuk mata, tanpa aba-aba pada air matanya lolos begitu saja.

"Uda enggak ada harapan untuk gue lagi ya, El," ujar Reina dengan terisak.

Eldiano membuang pandangannya. Membuang napas dengan kasar. Hatinya terhenyu saat melihat Reina memasang wajah senduhnya. Biar bagaimana pun Reina adalah cinta pertama Eldiano dan pernah mengsi hatinya.

Reina mengangkat sedikit wajahnya, menatap wajah laki-laki yang ia cintai saat ini. Terlihat sangat jelas di mata Eldiano tidak ada lagi cinta untuknya.

"Akan gue pastikan setelah ini gue ngga akan mengganggu kamu lagi. And maybe you'il never hear from me again," Reina berucap dengan setitik air mata jatuh.

"Gue tau gue salah, kalo emang gue salah. Enggak ada lagi hati kamu buat gue?" ujar Reina.

Reina tersenyum sumbang. "Oh ya, aku lupa, kalo kamu uda suka sama orang lain," ucap Reina sambil menahan air mata yang sudah membendung di pelupuk mata.

Eldiano tidak kuat melihat orang yang pernah mengisi hatinya sejak kecil. Eldiano menarik Reina dalam pelukkannya, mengusap punggung gadis itu memberi ketenangan.

Eldiano berbisik di telinga Reina. "Don't ever say that, I still want to hear from you," ucap Eldiano.

"Maaf, kalo selama ini gue kasar sama lo," ucap Eldiano pada Reina.

Reina menggelengkan kepala. "Kamu ngga perlu minta maaf, seharusnya gue yang minta maaf. Gara-gara gue," ujar Reina.

Eldiano tidak ingin mendengar kelanjutannya, cowok itu menarik tubuh Reina dalam dekapannya kembali. Perasaan bersalah menyelimuti pada diri Eldiano. Selama ini ia bersikap kasar pada Reina.

Di ujung koridor Zahra berdiri lama di sana sambil menyaksikan. Niat hati ingin mengembalikkan buku yang sempat ia pinjam di perpustakaan, tapi Zahra mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas. Zahra perlahan mundur berjalan dengan langkah lebar sambil nunduk. Kenapa hatinya begitu sakit saat melihat Eldiano memperlakukan gadis lain dengan lembut. Hatinya sakit, ini adalah pertama kali Zahra merasakan sakit hati pada orang yang ia cintai. Apalagi Zahra sempat mendengar saat Eldiano mengatakan.

'Don't ever say that, I still want to hear from you,'

Tanpa di sadari air mata menitik di pipinya, dengan sigap Zahra menyapu air matanya sebelum masuk ke dalam kelas.

Tatapan bingung dari kedua sahabatnya. Zahra masuk ke kelas dengan wajah yang lesu, padahal sebelumnya masih baik-baik saja. Dima dan Lia menghampiri tempat duduk Zahra. Keduanya semakin bingung, dengan buku yang masih di pegang oleh Zahra, yang katanya ingin ia kembalikan di perpustakaan.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang