14. Gugup

1.2K 109 47
                                    


******

Hari ini El sangat bersemangat untuk berangkat kesekolah, entah karena gadis itu atau hal lain yang membuatnya bersemangat pagi ini. Hari demi hari perasaan itu tumbuh seketika diantara mereka berdua. Walaupun mereka memulai hubungan tanpa ikatan perasaan. Entahlah apa yang membuat El mencintai gadis itu, yang ia rasakan adalah kenyamanan saat berada disamping gadis itu. Kenyamanan itu yang selama ini El cari dari seorang perempuan selain mamanya.

El berjalan menelusuri karidor sekolah sambil memasukan kedua tangan didalam saku celana abu-abunya, seperti biasa ia memasang wajah datarnya. Walaupun banyak kaum hawa terus menerus memujinya hingga terkadang ia merasa risih. Hari ini El tidak berangkat bareng oleh gadis itu, karena saat El menjemputnya, gadis itu telah pergi dahulu. El masuk kedalam kelasnya, ternyata kelima temanya sudah berada didalam kelas, segera ia duduk di tempat duduk miliknya yang berada di pojok kanan kelas.

"Hai bos?" sapa Pono "kondi ae bos rak ketok-ketok?" tanya Pono dengan bahasa jawanya.

El hanya melirik kearah Pono.

"Dari mana aja lo El?  Gak kemarkas lo?" tanya Tama duduk di samping El.

"Biasalah meng? Orang kalo uda jatuh cinta pasti lupa segalanya!" ujar Banu melirik El.

"Gue gak lupa segalanya, termasuk lo lo pada?" jawab El menatap kelima sahabatnya.

"Lah terus?" ucap Egi.

El menghela napasnya. "Iya dua hari ini gue full time sama Zahrah, dan bukan berarti gue lupa sama lo semua!" ucap El "Dan ada sedikit masalah dirumah!" mengarah pandangan kearah lain.

"Lah lo gak ada kemarkas, dan gak kasih kita kabar? Kirain lo lupa sama anak-anak yang lain!?" jawab Egi.

El tersenyum miring. "Gak akan gue lupa sama lo semua?" jawab El kepada Egi.

"Masalah sama bokap lo?" timpal Albino, El menganggukan kepala.

"Sampai kapan lo benci sama bokap lo sendiri?" ucap Tama.

El menganggkat kedua bahunya acuh. "Gue gak tau?!" jawab El.

"Seng sabar bos, inyong paham sama keadaan keluarga lo!" Timpal Pono.

Albino menepuk pundak El pelan. "Gue percaya sama lo, lo pasti bisa selesaikan masalah lo sendiri?!" ucap Albino.

***

Kringgg

Bel istirahat sudah berbunyi kini keenam cowok itu keluar kelasa berjalan ke arah kantin. Mereka jalan dengan gaya coolnya, sambil  bersiul-siul. El, Egi, Tama, Banu, Albino, dan Pono duduk dikantin khusus mereka bereenam.

"Bin lo gak capek apa belajar fisika mulu?  Gak capek otak lo?" tanya Tama pada Albino yang masih berkutat dengan buku fisikanya.

"Ya, gue aja baca soalnya doang otak gue uda muter-muter entah kemana-mana?" ucap Banu.

"Lo nya aja yang goblok!" celetuk El.

Albino yang merasa dibicarakan hanya diam tak bergeming hanya sekedar melirik sahabatnya.

"Pon pesen sana  Pon?" ujar Tama pada Pono.

"Inyong aja terus suruh?  Emang inyong babu disini" jawab Pono.

"Lo kok baperan Pon?" ucap Tama.

"Sesekali lo nyuruh si bos coba?" ujar Pono pada Tama.

"Gue masih sayang sama nyawa gue Pon?  Gue belom mau mati sebelum menikah dan punya anak banyak!?" jelas Tama.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang