Mengenalmu buat aku paham, apa artinya berjuang.~Zahra Aulia~
******
"Dan buat kalian berempat, lari lapangan 20 putaran!" perintah bu Endang kepada anak laki-laki, Banu, Egi, Tama dan Pono.
"Jangan gitu dong bu, masa iya 20. Kurangin dikit dong bu?" protes Egi.
"Kalo kalian protes, saya tambahin 30 putaran!" ucap bu Endang.
Sontak keempat cowok itu membelalakan matanya.
"Ya.. Jangan.. Jangan bu?" jawab cepat Banu memohon.
"Jangankan lapangan sekolah, keliling kota ini saya bu...?" ucapan Tama menggantung.
"Sanggup?" sergah Banu.
"Kagak!" jawab Tama menggelengkan kepala.
"Ye si bego!" celetuk Pono sambil menjitak kepala Tama.
"Ibu gak ikutan juga sama kita kita, siapa tau ibu kurusan dikit" ujar Egi pada bu Endang.
"Lumayan bu, panas-panas gini bakar lemak?" timpal Pono.
"Kalian ngejek saya!" jawab bu Endang.
"Gak bu, niat kita ini baik bu. Biar pacar ibu tambah klepek-klepek sama ibu gitu?" ujar Egi kepada bu Endang.
"Sudah, pesing kepala saya pesing!" ucap bu Endang menyentuh atas kepalanya sambil bergeleng-geleng.
"Pusing bu?" sergah keempat cowok itu.
Bu Endang menatap keempat anak muridnya dengan sorot mata tajam.
"Sekali lagi kalian komen, saya tambahin 50 putaran!" ancam bu Endang.
Banu, Egi, Tama dan Pono mereka langsung berlari menuju lapangan, dengan terik matahari yang begitu sangat menyengat di kulit siang itu.
***
Pelajaran les terakhir telah selesai, seluruh siswa/siswi bergegas berbenah untuk pulang. Zahra tampak sangat terburu-buru menyusun buku-bukunya ke dalam tas, ia ingin cepat keluar kelas menemui El mencoba untuk menjelaskan pada cowok itu. Pikirannya masih terus tidak tenang dengan sikap El yang terus cuek pada dirinya.
Lia melihat Zahra yang tampak terburu-buru. "Lo ngapain buru-buru amat sih!" tanya Lia heran pada Zahra.
Zahra tidak menjawab pertanyaan Lia. "Gue duluan ya?" pamit Zahra pada kedua sahabatnya, dan pergi begitu saja.
Lia dan Dima saling tatap heran, dengan tingkah Zahra yang tidak seperti biasanya. Zahra orang yang tidak suka pulang dengan keadaan yang harus berimpit-impitan atau tempat keramaian, ia lebih memilih untuk menunggu didalam kelas dan keluar kelas dengan keadaan yang tidak begitu banyak orang.
"Zahra kenapa?" tanya Dima pada Lia.
Lia memutar bola matanya malas. "Lo nanyak gue, lah terus gue nanyak siapa?, pak Leman?" balas Lia, pak Leman adalah penjaga gerbang sekolah.
Dima mendengus sebal dengan jawaban Lia. "Capek gue ngomong sama lo?" celetuk Dima.
"Gue lebih capek ngomong sama lo tau gak!" timpal Lia tak mau kalah.
"Uda ya Lia, gue lagi gak mau berdebat sama lo, gue lagi gak ada tenaga!" ujar Dima.
"Siapa juga yang mau debat sama lo, buang-buang waktu tau gak!, enak gue makan ongol-ongolnya mbak surtik!" ucap Lia.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELDIANO
Teen FictionKisah yang berawal dari janji dan menjadi sebuah takdir yang mempertemukannya. Kisah cinta yang harus dijalani karena terikat oleh sebuah perjanjian. Janji yang dimiliki oleh ketua geng motor Traider-x, cowok yang terkenal dengan julukan bad boy dis...