4. Bertemu

2.1K 191 66
                                    


*******

Suasana pagi ini begitu sangat ceria, Zahra berjalan dengan santai menelusuri lorong sekolah sambil menyapu pandanganya kesana kemari, suasana sekolah pagi ini masih terbilang sangat sepi. Udara sejuk dan dingin dipagi ini menusuk tajam menembus kardigan gadis itu.

Keadaan kelas begitu hening iya itulah yang dirasakan kelas XI IPA 2. Pasalnya mereka sedang menyimak penjelasan dari bu Ina, guru killer SMA Adijaya, hanya ada suara cempreng bu Ina saat menjelaskan materi. Bukan karena tertarik dengan pelajaran bu Ina bukan. Karena mereka takut akan terkena semprotan dan ocehan dari bu Ina.

Berbeda dengan Zahra ia begitu sangat antusias mendengarkan bahkan memahami penjelasan materi yang diberikan oleh bu Ina, karena ini merupakan salah satu pelajaran favoritnya, matematika.

"Ini guru ngomong apa sih li?" tanya Dima yang sedari tadi tak paham apa yang dijelaskan oleh buk Ina.

"Sama gue juga enggak ngerti," jawab Lia sambil mengangkat kedua bahunya.

"Lahh dari tadi lo serius amat dengerin bu Ina ngoceh lo gak paham?"

"Gak!" jawab Lia.

"Dasar goblokk!" ujar Dima.

"Emang lo ngerti?" tanya Lia melirik Dima.

"Kagak!" jawab Dima dengan tampang polos.

"Lo tololl!!" ucap Lia kesal.

Kriiiinggg

Bel pun berbunyi menandakan jam istirahat, bu Ina pun segera pamit dari ruangan kelas XI IPA 2 tersebut.

"Oke, Segitu dulu materi hari ini, jangan lupa di kerjain tugasnya, minggu depan akan saya periksa!" ucap buk Ina sambil melenggang pergi.

"Iya bukkk," jawaban serentak seisi kelas.

***

Kini anggota Traider-x enam orang anak laki-laki sedang bermain basket, disekeliling lapangan terlihat sangat sepi karena siswa siswi pada pergi kekantin untuk mengisi perut mereka.

Mereka tengah duduk di pinggir lapangan sambil mengipas-ngipas wajah dengan tangan. Dan membuka 3 kancing baju bagian atas dibiarkan terbuka.

Egi melihat kesana kemari tapi tak menemukan satu cewek pun.

"Giliran panas-panas gini yang bening-bening gak ada yang lewat," ucap Egi sambil menyeka wajahnya karena air keringat.

Banu menepuk pundak Egi. "Noh.. yang bening,"  menunjuk kearah ujung lapangan terlihat marwan bencong SMA Adijaya yang sedang berbincang -bincang dengan teman perempuannya, dan sesekali memaikan tanganya yang lentik dengan manja.

Teman yang lain mengikuti arah pandang Banu sontak keenam cowok itu tertawa.

Egi menggidik jijik. "Idihh ogah! Buat lo aja noh pon."

"Ogahh banget!, jelek -jelek gini inyong masih doyan cewek asli," jawab Pono dengan logat bahasa jawa, sambil melepas kemeja sekolahnya dan mengibasnya.

"Kalo puasa, minum pakek gayung, terus gayungnya ketelen. Kira-kira batal gak ya?" ujar Tama kepada teman-temannya.

"Ya batal lah, karena syarat sah puasa itu berakal sehat," ujar Pono pada Tama. "Sementara lo goblok, sampe mendarah daging!"

"Lo haus apa rakus, gayung lo telen," ucap Banu menatap Tama. "Gak sekalian bak mandinya lo ganyang sekalian!" ujar Banu lagi kesal dengan pertanyaan Tama yang aneh.

"Gue cuma tanya doang, siapa tau dapat reverensi," balas Tama sambil menyeka air keringat yang mengalir di dahi.

"Reverensi bulu idung lo, nelen gayung lo kata dapat reverensi," ujar Pono pada Tama.

ELDIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang