☘️☘️☘️
Angkasa berjalan lemah ke arah pohon rindang yang berada di taman fakultasnya, angin sepoi-sepoi terembus membuat suasana lebih menyejukkan.
Ia duduk lalu bersandar pada pohon itu, satu tangannya bertumpu pada kakinya yang ditekuk. Perlahan matanya tertutup sembari meresapi rasa sakit yang mulai menggerogoti hatinya. Ia takut, takut sekali jika Raya akan meninggalkannya. Angkasa tidak mau kehilangan Raya untuk yang kedua kali.
Sebisa mungkin dia mengendalikan emosi, tetapi ternyata egonya terlalu kuat hingga mengalahkan pikiran rasionalnya.
Salahnya juga kenapa main memukul Leo begitu saja, pasti nanti Raya akan memarahi dirinya, pikir Angkasa.
Wajah yang sekarang jarang sekali tergores, karena ia sudah cukup lama meninggalkan dunia pergeng-gengan yang identik dengan tawuran, kini berubah lebam banyak luka yang membiru menghiasi wajah tampannya.
Yah, itu dia dapatkan hasil dari adu otot dengan Leo kemarin.
Rasa kantuk tetiba menyerangnya, dipadu dengan suasana yang mendukung, biarlah ia melupakan masalahnya sejenak. Angkasa ingin terlelap sebentar saja.
Beberapa menit kemudian, dengkuran halus mulai terdengar. Menandakan bila lelaki itu sudah di bawah alam sadar.
Kebetulan Bianca dan Stella berjalan melewati taman fakultas, dari tempat mereka berdiri mereka melihat seorang lelaki yang tengah bersandar di sebuah pohon.
Karena posisi mereka membelakangi lelaki itu, jadi mereka tidak begitu mengenali siapa dia.
"Stella Stella itu yang di bawah pohon siapa sih? Angkasa bukan?" tanya Bianca sembari memakan es krim coklat kesukaannya.
Manik mata Stella menyipit guna memfokuskan penglihatannya. "Emm... kayaknya iya, tapi nggak tahu deh beneran Angkasa apa bukan."
"Gue mau nyamperin Angkasa ah, sekalian mau PDKT." Bianca terkekeh kecil. Tidak tahu diri sekali, Angkasa kan sudah punya pacar.
"Lo segitu sukanya ya sama dia?"
Bianca mengangguk antusias. "Eumb, nggak tahu kenapa kayak ada ikatan batin antara gue sama dia. Rasanya tuh pengen di deket dia terus."
"Tapi, diakan udah punya pacar, Bi." Walaupun ragu Stella harus mengucapkan kalimat itu.
"Ya gapapa, kan masih pacar belum jadi istrinya. Jadi masih ada peluang buat gue untuk mendapatkan Angkasa. Sampai janur kuning belum melengkung gue nggak bakal nyerah buat ngejar dia." Ketika mengucapkan kalimat itu, pandangan Bianca tidak terlepas dari punggung Angkasa yang bersandar di pohon itu.
"Ye lo mah, terserah deh tapi kalo lo nanti sakit hati tanggung sendiri lho ya, jangan ngeluh ke gue!" peringat Stella.
"Ah, masalah itu mah gampang. Belakangan aja!" Bianca tidak terlalu memusingkan dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASARAYA 2 [END]
Teen Fiction[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta. Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...