🍁
Beberapa saat setelah Raya beradu argumen dengan Angkasa, kini dirinya dan Leo berada di dalam taksi yang kebetulan melewati jalan di mana mereka berada. Motornya dan juga motor milik Leo ditinggalkan begitu saja di sana, tetapi sebelum itu kunci motornya sudah ia ambil. Baik miliknya sendiri maupun milik Leo.
Leo yang duduk di sampingnya merintih kesakitan, cowok itu bersandar di bahu Raya sembari memejamkan matanya. Sekuat tenaga ia menahan rasa sakit di perutnya itu.
Raya terlihat semakin panik, sesekali ia membantu menekan luka itu untuk menahan terjadinya pendarahan yang semakin parah.
"Bertahan sebentar lagi ya," ujar Raya dengan suara bergetar saat mendengar napas berat dari Leo.
"Pak bisa lebih cepat ke rumah sakitnya?"
"Iya mbak, sebentar lagi udah sampai kok. Ini juga bapak usahain cepet."
Raya mengangguk, beralih ke Leo kembali. Memegang pipi Leo. "Le, lo masih kuat kan?"
Semakin lama Leo merasakan sakit di perutnya bertambah, kepalanya pun juga rasanya sangat pusing. Ia mencoba untuk tetap sadar.
"Sakit, Ra," rintih Leo.
"Maaf Leo, gara-gara gue lo jadi gini. Harusnya lo tadi gak usah selametin gue," ujar Raya dengan terisak.
"Lo... Lo ng-ngomong apa sih, Ra? Ng-nggak mungkin gue tega biarin lo dicelakain sama orang gitu aja. I-ini bukan salah lo," ucap Leo terbata-bata.
"Maaf..."
Sesampainya di rumah sakit, pihak medis segera mengambil tindakan untuk menangani Leo sebelum semakin parah.
Raya terduduk lemas di salah satu tempat duduk yang disediakan di sana. Dari raut wajahnya, kentara dia sangat khawatir sejak kejadian tadi. Ditambah dengan kedatangan seorang Angkasa secara tiba-tiba dan langsung menuduhnya seenaknya, membuat semuanya semakin runyam.
Raya melihat kedua tangannya yang berlumur darah itu dengan gemetar, di pangkuannya juga ada jaket Leo yang dilepas saat di taksi tadi.
Ia melirik kembali ke ruang dimana Leo ditangani. "Tuhan, tolong selamatkan Leo," gumamnya.
Seketika Raya teringat akan Elang, cowok itu adalah kakak Leo. Tentu saja ia harus segera menghubunginya. Tapi sayangnya ia saat ini tidak membawa ponsel, bagaimana caranya agar bisa menghubungi keluarga Leo.
Raya merasakan getaran dari jaket Leo. Diambilnya ponsel itu dan tertera nama 'Bang Elang'. Ia menggeser ke ikon warna hijau.
"Lo ke mana aja sih, Le? Bunda cariin lo daritadi tau gak, lo bilang cuma mau beli makanan bentar tapi lama banget."
"Ka-kak Elang..." lirih Raya.
Dahi Elang mengernyit di seberang sana. "Loh ini Raya? Kok lo yang angkat, ini nomornya Leo kan? Leo masih sama lo ya? Dia di mana sekarang, Ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASARAYA 2 [END]
Teen Fiction[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta. Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...