🌸
Suasana sore terasa sangat tenang, matahari bersinar tak terlalu terik disertai angin yang berhembus sepoi-sepoi. Di depan rumah sederhana tapi bermakna itu, ada dua gadis yang sedang menyirami bunga bersama-sama, nampak sekali mereka menikmati momen itu.
"Kak," panggil Bulan.
Kepala Raya menengok ke arah Bulan, kedua alisnya terangkat. "Ya, ada apa?" tanyanya.
"Dari sekian bunga yang ada di dunia ini, kakak sukanya sama bunga apa?"
"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" tanya Raya heran.
"Ya... cuma kepo aja sih hehe," jawabnya.
Raya membulatkan bibirnya membentuk huruf O. "Oo, gitu."
"Iya kak, jadi kakak sukanya sama bunga apa?" desak Bulan tidak sabar.
Raya mengembuskan napas, ia diletakkannya ceret berisi air tersebut. Lantas ia duduk di atas rumput diikuti oleh Bulan, netranya menerawang jauh ke langit sana.
Ia berdehem sebentar sebelum menjawab. "Kakak sukanya sama bunga cattleya." Lalu kepalanya tergerak sembilan puluh derajat ke kiri memandang Bulan. "Pasti kamu mau tanya lagi kenapa kakak bisa suka sama bunga itu kan?" tebaknya.
Bulan mengangguk polos. "Emm... iya."
Raya tersenyum tipis. "Karena bunga cattleya memiliki makna yang menyentuh hati kakak, bunga itu indah, kuat, tangguh, dan juga dewasa, kakak pengen bisa sekuat dan setangguh bunga cattleya. Bisa dewasa dan bijak dalam menghadapi berbagai masalah. Ditambah lagi nama kakak ada kata cattleyanya juga. Terus-"
"Hai, Raya!"
Tiba-tiba ada seseorang yang menginterupsi namanya, hingga ia menoleh ke arah sumber suara dan mau tidak mau menjeda ucapannya.
Ia memincingkan mata menatap sosok lelaki di luar pagar sana. "Kak Elang?" gumam Raya.
Di luar pagar Elang melambaikan tangannya dengan senyum mengembang sempurna.
Raya semakin mengerutkan kening. Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa Elang tiba-tiba menemui dirinya, tumben sekali.
"Itu temennya kakak?" tanya Bulan.
Raya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eng... iya," jawabnya kikuk.
"Oh, ya udah buruan dibukain kak, ceritanya lanjut nanti aja. Kasian tuh kakaknya nunggu lama," saran Bulan. "Aku ke dalem dulu ya, takut ganggu hehe."
"Eh, iya." Raya beranjak dari duduknya lantas berjalan ke arah Elang. Ia membukakan pintu gerbang mempersilakan Elang untung masuk. Mereka duduk di kursi bawah pohon mangga, tadinya Raya menawari untuk masuk ke dalam tetapi Elang menolak. Di luar lebih nyaman katanya.
"Tumben kakak ke sini, ada perlu apa?" tanya Raya.
Sebelum menjawab Elang membasahi bibirnya. "Besok lo sibuk nggak?" tanyanya, bisa didengar nada suara Elang yang gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASARAYA 2 [END]
Teen Fiction[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta. Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...