29| Di Ujung Tanduk

4.9K 352 110
                                    

Kalo ada typo tolong ingetin ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo ada typo tolong ingetin ya.

🦋

Papa
Angkasa Papa ingin ketemu sama kamu, ada yg ingin papa bicarakan. Jgn membantah ataupun menolak.

Setelah bermenit-menit berlalu. Satu pesan tersebut masih saja membuat Angkasa mendengkus kesal. Ia yang sebelumnya sudah lelah karena harus mengerjakan tugas yang soalnya kelewat susah dari dosen kini malah ditambah dengan ayahnya yang tiba-tiba ingin menemuinya.

Kalau sudah seperti ini, mana bisa ia menolak. Jika pun ia memilih opsi menolak, pasti Karel akan berbuat yang tidak-tidak pada mamanya.

Dasar papa gila, itulah panggilan yang diberikan Angkasa untuk Karel.

Ia mulai beranjak dari duduknya, melangkah gontai menuju parkiran. Setelah itu menuju tempat yang sudah papanya tentukan yaitu di apartemennya sendiri. Karel ingin sekaligus melihat-lihat kondisi apartemen tempat ia tinggal katanya.

Dari perjalanan menuju apartemennya perasaan Angkasa sudah tidak enak seperti akan ada hal yang tidak diinginkannya terjadi, semoga saja ini hanya prasangkanya saja.

Sesampainya di pintu depan apartemen, ia segera menekan pin. Lain kali ia akan menggantikan kode apartemennya agar sang papa tidak keluar masuk seenak kemauannya.

Dan benar saja, di sofa tempat biasanya ia duduk sudah ada pria jas rapi duduk di sana.

"Kamu datang lama sekali, Angkasa," ucap orang itu sembari bersedekap.

"To the point aja, nggak usah basa-basi. Ada perlu apa Papa minta kita buat ketemuan?" tanya Angkasa dengan raut wajah datar disertai malas.

Karel tersenyum yang tidak bisa Angkasa terjemahkan, entah itu senyum asli atau hanya palsu.

"Kamu masih seperti biasanya, Angkasa. Tidak sabaran," ujar Karel.

Angkasa menghela napas. "Ada perlu apa, Papa nyuruh aku ke sini?" tanyanya lagi.

"Baiklah." Karel menegakkan posisi duduknya, lantas menatap Angkasa serius. Ia mengambil berkas-berkas yang ia letakkan di meja tadi, menyodorkannya pada Angkasa.

"Papa minta tolong ke kamu buat cari investor untuk perusahaan kita, Angkasa. Kamu tahu sendiri kan saham perusahaan kita mengalami kemerosotan terus menerus karena kasus kakek kamu itu dan-"

Ucapan Karel terjeda karena tiba-tiba Angkasa memotongnya. "Setelah apa yang Papa lakuin ke aku sama mama, Papa masih nggak ada malunya buat minta tolong sama aku? Cih, nggak sudi!" Ia melengos dan melipat tangannya di depan dada.

Karel berusaha sabar dan menekan emosinya. Kalau saja bukan karena skill Angkasa yang bagus, Karel tidak ingin melakukan hal merepotkan seperti ini.

"Tapi ini untuk kebaikan keluarga kita, Angkasa. Memangnya kamu mau kita hidup sengsara ha?"

Angkasa tersenyum sinis. "Sejak kapan Papa peduli sama kami? Sejak kapan, Pa?! Papa ingat nggak udah satu tahun Papa menelantarkan kami, bahkan aku susah payah cari uang buat keperluan kuliah aku sendiri karna Papa udah nggak pernah transfer uang ke aku sama mama lagi. Dan sekarang Papa masih mau bilang untuk kebaikan keluarga?" Angkasa berdecih. "Kebaikan dari mananya?!"

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang