15| Retak

5.8K 425 36
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Sepulang dari bukit bersama Raya, bibir Angkasa masih setia melengkung ke atas. Hatinya berbunga-bunga, ternyata seperti ini lah rasanya saling percaya satu sama lain, tidak ada pertengkaran maupun perdebatan. Jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang pun belum reda hingga sekarang. Raya itu memang sangat berpengaruh terhadap mood Angkasa.

Ia membuka kenop pintu kamarnya, berjalan menuju kasur kemudian merebahkan tubuhnya di sana sambil memegangi dada bagian kiri. Lagi-lagi Angkasa tersenyum dalam kesunyian apartemennya, ah, kenangan manis ini selamanya tidak akan pernah ia lupakan.

Angkasa merogoh ponsel yang terletak di jaket yang baru saja ia kenakan, dibukanya ponsel tersebut kemudian memencet icon galeri. Di sana terdapat banyak sekali potretan dirinya dan juga Raya, Angkasa sengaja mengambil banyak foto ketika di bukit tadi, untuk mengabadikan momen, pikir benaknya.

Hal yang mengubah mood bagusnya bertambah lagi ketika satu notifikasi masuk ke dalam ponselnya.

Raya❤️
Kalo udh sampai di apart, sblm tidur jangan lupa cuci muka.

"Nggak salah aku suka sama kamu, Ra, kamu orangnya perhatian banget," gumamnya dengan perasaan luar biasa bahagia.

Angkasa
Siap nona komandan :'*

Setelah mengirim pesan tersebut, ia langsung beranjak dari kasur untuk melakukan perintah dari sang kekasih. Tak tanggung-tanggung Angkasa juga sekalian mandi padahal waktu sudah larut malam.

Angkasa keluar dari kamar mandi seraya mengusap rambutnya yang masih basah.

Dirinya berniat mengambil beberapa makanan untuk mengisi perutnya, namun ponselnya yang berdering mengurungkan niatnya tersebut.

Bi Ila is calling...

Dahinya berkerut, perasaan tidak tenang mulai menghampiri. "Ada apa ya Bi Ila nelpon malem-malem?"

Tanpa pikir lama ia langsung menekan tombol hijau, lalu meletakkan ponselnya di samping telinga kiri.

"Halo," ucapnya hati-hati.

"Den, tolong pulang sekarang Den. Tuan sama nyonya bertengkar lagi." Suara Bi Ila terdengar bergetar ketika berucap, juga tersirat ketakutan.

"Sial," umpat Angkasa. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku jarinya membiru.

Pasti Papanya berulah lagi.

Ia menyambar jaketnya, sudah tertundalah acara tidurnya. Dengan langkah lebar ia menuju ke parkiran apartemen mengendarai motor menuju ke rumah.

Sedari di perjalanan, hatinya sangatlah tidak tenang. Ia sangat takut jika mamanya diapa-apakan oleh papanya sendiri. Papa Angkasa memang berani melakukan apa saja tanpa memikirkan akibat dari perlakuannya.

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang