23| Panti

3.5K 329 97
                                    

✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Elang?"

Sekali lagi Raya mengerjap-erjapkan mata indahnya. Ini benar Elang, salah satu kakak tingkat yang sangat ia takuti. Raya diam tak berkutik dan juga posisi yang belum berubah membuat suasana hening seketika.

"Waduh nggak bener nih, masak jantung gue rasanya jadi deng-dengan banget!" umpat Raya dalam hati.

"Sampai kapan lo mau dalam gendongan gue terus, hm?" tanya Elang. Matanya terfokus pada wajah Raya yang jaraknya hanya beberapa senti.

"Eh anu... itu..."

Jujur Elang gemas sekali dengan gadis ini setiap gugup Raya akan gagap seketika.

"Kalau jawab yang bener," ucap Elang datar. Aura dinginnya mulai muncul kepermukaan.

Ia sengaja tidak langsung menurunkan Raya, ia ingin bermain-main sebentar. Mungkin mengerjai adik tingkatnya ini bisa mengurangi stres yang menghuni otaknya.

Tadi memang dirinya sedang mengunjungi perpustakaan, dan kebetulan melihat seorang gadis yang hampir terjatuh dari tangga. Untung saja ia tiba dengan cepat, alhasil dia bisa menahan Raya agar tidak terjatuh ke lantai.

"Wadoh! Kalian ngapain? Kalau mau ngelakuin yang iya-iya jangan di perpustakaan juga kali, inget tempat!" seru Libra yang baru saja datang disusul dengan Langit, Leo, dan Pelangi.

"Bener nih, abang lo emang bener-bener ya, Le!" Langit mengimbuhi. Memprovokatori Leo agar suasana menjadi lebih seru.

"Oh my god!" pekik Pelangi, refleks ia menutup mulut sangking terkejutnya.

Sedangkan Leo yang melihat adegan itu hanya bungkam, tidak berniat menanggapi atau pun bereaksi. Entah kenapa tiba-tiba ada sedikit ruang di hatinya mencelos kesakitan. Namun, Leo tidak mengerti perasaan apa itu. Jika itu rasa suka, ia akan menyangkal karena sejatinya ia hanya mencintai kekasihnya, Bunga.

Leo yang biasanya dingin menjadi lebih dingin sekarang.

"Kak... turunin saya," pinta Raya. Sungguh ia sangat malu pipinya merona, apalagi teman-temannya menjadi berpikir yang tidak-tidak karena kejadian barusan.

Elang menurut ia menurunkan Raya, disusul kekehan kecil dari bibirnya. Kemudian kepalanya bergerak sembilan puluh derajat ke arah kiri.

"Kalian tenang aja, gue sama Raya nggak ngelakuin hal macem-macem. Tadi gue cuma nolongin Raya yang mau jatuh aja," tutur Elang.

"Beneran nih?" goda Libra.

"Bener."

"Secara lo kan jomblo, Bang, jadi bebas mau ngapain aja sama siapa aja. Jomblo adalah kemerdekaan tersendiri bagi sekelompok orang ngenes." Langit nyengir tanpa dosa.

Elang mengembuskan napas kasar. "Up to you," jengah ia menanggapi.

"Ssttt!" celetuk Pelangi tiba-tiba.

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang