Siapkan hati, jiwa, dan raga sebelum membaca part ini...
💖💖💖
Suasana lorong fakultas kedokteran terbilang cukup sepi karena waktu masih pagi. Raya yang notabenenya ada kelas pagi, harus datang sesuai dengan jadwal agar tidak telat masuk kelas. Apa lagi dosen yang akan mengajar kali ini termasuk jajaran dosen killer, telat beberapa menit saja tidak akan memberikan kesempatan mahasiswa untuk masuk.
Kakinya terus melangkah dengan satu tangan memegang beberapa buku dan satunya lagi memegang ponsel yang ia letakkan di samping telinga kiri.
"Angkasa jangan lupa sebelum berangkat, sarapan dulu," ucapnya.
"Nggak mau ah kalo bukan kamu yang nyuapin," balas Angkasa disertai kekehan kecil.
"Nanti kalo kamu nggak sarapan bisa sakit, emang kamu mau tubuh kamu lemes nggak bertenaga? Mau ngapa-ngapain jadi susah."
Angkasa menguap karena baru saja bangun tidur, sembari merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku ia berkata, "tapi aku males makan, Raya, ini aja aku belum mandi."
"Makanya kamu cepetan mandi terus sarapan. Aku nggak mau ngerawat kamu kalo kamu sampe sakit, loh ya."
"Kok kamu gitu sih, sama pacar sendiri juga, nanti kalo aku sakit emang kamu nggak sedih?" paparnya. Padahal Angkasa sendiri tahu dirinya tidak akan mudah sakit kalau hanya melupakan sarapan. Dirinya hanya ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari biasanya dari Raya.
"Nanti kalau aku dirawat sama cewek lain emangnya kamu rela?"
"Nggak usah macem-macem deh, Sa!"
Jelas sekali Raya tidak menyukai perkataan Angkasa barusan. Mana mungkin ia rela kekasihnya dirawat oleh cewek lain, dimanja oleh cewek lain. Ia tidak akan rela, tidak akan pernah rela! Cam kan itu baik-baik.
"Eh, eh, kamu jangan ngambek dong, tadi kan aku cuma bercanda, sayang."
Terdengar helaan napas, meredakan egonya itu lebih penting. Belajar dari kejadian yang telah lalu. Raya tidak ingin berdebat karena hal sepele dan lagi ia tidak ingin melihat sisi rapuh dari seorang Angkasa. Karena sebenarnya kekasihnya tidak sekuat seperti kelihatannya. Ia ingin lebih memperhatikan Angkasa dan menyayanginya dengan setulus hati. Walaupun Angkasa menyebalkan dan kalau bercanda tidak ada efek lucunya sekalipun, dia itu tetaplah pacar seorang Raya Cattleya.
"Ya udah gini aja, nanti kita sarapan bareng, di kantin fakultas kamu aja. Jadi, kamu nggak usah nyamperin aku ke sini. Tapi nanti setelah aku selesai kelas ya, soalnya kelas aku dimulai pagi banget. Gimana, mau nggak?"
"Mau banget!"
Raya mendongak menatap langit yang berwarna sedikit gelap. "Saran aku nanti pas berangkat pake mobil aja, Sa, soalnya cuacanya mendung. Jadi kalo hujan nggak kehujanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASARAYA 2 [END]
Teen Fiction[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta. Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...