35| Pilihan Sulit

4.4K 402 203
                                    

JAM BERAPA KALIAN BACA PART INI?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JAM BERAPA KALIAN BACA PART INI?

DI DAERAH KALIAN HUJAN NGGAK?

SPAM LOVE BIRUNYA YUUK 💙💙

🍂

Sudah beberapa hari ini, bisa dibilang Angkasa cukup menjauh dari Raya dan saat itu pula lelaki itu terus fokus pada kesehatan Bianca. Tak terkecuali hari ini.

Kabar gembiranya, kondisi Bianca sudah membaik. Ia sudah tidak terlihat ketakutan seperti hari sebelumnya. Bekas luka di tangannya pun mulai mengering.

"Abis ini gue izin pulang dulu ya, Bi, mau jenguk Kak Gibran," ujar Angkasa.

Kepala Bianca mendongak menatap Angkasa yang berdiri tegak di depannya.

"Aku ikut." Kalau boleh jujur, dirinya juga merindukan sosok Kakak Angkasa. Walaupun dia tahu orang tersebut mempunyai kelainan tetapi entah kenapa ia merasa dekat dengan Gibran.

Angkasa balas menatap Bianca dengan ketidakyakinan. "Lo beneran mau ikut?"

Gadis itu mengangguk. "Eumb, aku juga mau ketemu sama Kak Gibran, Sa. Lagian aku juga udah sehat."

Lantas ia menatap Bianca sekali lagi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Nampaknya Bianca sudah benar-benar sehat. "Yakin?"

"Seratus persen yakin Angkasayangku. Aku janji ngga bakalan nyusahin kamu kok."

Ia menghela napas. "Ya udah, oke lo boleh ikut. Btw, kalo manggil gue jangan ada sayang-sayangnya gue baik sama lo karena rasa bersalah, bukan karena gue ada rasa sama lo jadi inget tetep inget batesan."

Senyum Bianca yang terbit beberapa detik lalu langsung luntur seketika. "Iya deh iya. Nggak akan aku ulangin lagi."

"Bagus deh kalo gitu."

Di perjalanan ketika hendak ke rumah sakit jiwa Angkasa membelokkan mobilnya ke toko kue  atas permintaan dari Bianca.

Setelah memakirkan mobil mereka berjalan berdampingan menuju toko tersebut. Saat itu pula Bianca tidak fokus pada jalannya dan malah terus memperhatikan wajah Angkasa.

"Perhatiin jalannya ntar lo bisa jatuh," tegur Angkasa ketika Bianca kedapatan menatap dirinya.

"Aku nggak akan jatuh," sergah Bianca.

Sedangkan Angkasa memutar bola matanya malas. "Terserah lo-"

"AAA!" Bianca memekik kala ia tersandung batu, tubuhnya terhuyung ke depan dengan sigap Angkasa menarik pinggang Bianca ke dalam pelukannya.

Lantas ia berdecak. "Kan, apa gue bilang!"

Gadis itu meringis pelan. "Iya maaf Angkasa."

Setelah itu dengan segera Angkasa melepas pelukannya dengan Bianca. "Lain kali hati-hati, lo kan tahu tubuh lo belum sepenuhnya sembuh," peringatnya.

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang