25| Luka

5.3K 395 172
                                    

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀

Setelah selesai mengambil barang yang berbeda di apartemennya. Ia segera mengantarkan Bianca pulang, Angkasa sudah jengah mendengar celotehan demi celotehan yang keluar dari bibi Bianca hingga rasa-rasanya telinganya berdenging nyeri.

Kini mereka berdua menggunakan mobil Angkasa. Angkasa memang sengaja mengganti kendaraannya dengan mobil miliknya yang berada di basement apartemen, karena ia membawa beberapa barang yang akan ia bawa untuk ibunya, dan ia tak bisa membawanya jika menggunakan motor.

Bianca yang berada di mobil Angkasa seketika mengacak-acak mobil lelaki itu karena kepo. Netranya terpaku pada bingkai foto yang terletak di dalam dasboard mobil. Diambilnya benda itu dari tempatnya, kala melihat foto itu alisnya menukik sambil bibirnya mengerucut.

"Dia sebenernya siapa sih, Sa, kok kelihatannya kalian deket banget," ucapnya seraya memperlihatkan bingkai itu pada Angkasa. Di sana tercetak jelas dirinya dengan sahabat yang sedari kecil menemaninya, Venus Salsabila. Jujur saja Bianca tidak suka dengan gadis ini, pertemuan pertama kali dia dengan Venus sangatlah buruk saat itu.

Angkasa menengok ke sebelah kiri sekaligus memasang tampang datar. "Jangan lancang nyentuh-nyentuh barang gue. Taro di tempatnya lagi nggak?"

Bianca menggeleng cepat. "Nggak mau, jelasin dulu siapa cewek ini?"

"Jadi cewek nggak usah kepo!"

"Ayo dong..." rayu Bianca.

"Gue bilang enggak ya enggak, ngeyel banget sih jadi cewek!"

"Sebagai calon pacar yang baik, aku harus tahu tentang orang-orang yang ada di sekeliling kamu dong, Angkasa."

"Ngarep banget." Angkasa berdecak sebal emosinya perlahan naik ke ubun-ubun.

"Untung cewek, kalo bukan udah gue gampar muka lo!" batinnya.

"Jelasin dulu, dong sayang... kalo kamu nggak mau jelasin aku bakal lempar bingkai ini keluar," ancam Bianca.

Mendengar ucapan Bianca membuat Angkasa bergidik ngeri karena harus membawa embel-embel kata 'sayang'. Sayang apanya? Sayang dari Hongkong?

"Coba aja kalo berani," balas Angkasa.

"Beneran nih ya?"

Angkasa acuh, dalam benaknya ia beropini kalau gadis manja ini tidak akan berani berbuat senekat itu. Apalagi itu barang milik orang lain bukan milik Bianca.

Namun, sepertinya anggapan itu tidak benar. Saat ini saja Bianca sudah ancang-ancang untung melempar bingkai itu.

Bianca mulai berucap, memang seperti ini lah dia setiap perkataannya tidak akan pernah main-main.

"Satu, dua, ti-"

"Dia sahabat gue dari kecil," sambar Angkasa.

Bianca berbalik lagi menghadap sang pujaan hati. "Sahabat?"

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang