33| Janji

4.7K 379 361
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

Gila! Ini benar-benar gila. Bagaimana bisa Angkasa melakukan hal sebejat itu pada Bianca terlebih saat mereka melakukan hal 'itu', Angkasa menganggap Bianca adalah Raya, kekasihnya. Jujur saja, Bianca sakit hati, tubuhnya yang dinikmati tetapi di pikiran lelaki itu adalah malah tertuju pada Raya.

Tanpa sadar tetes demi tetes air matanya luruh, ia merasa dirinya sudah kotor walaupun ia menyukai Angkasa bukan seperti ini yang dia inginkan. Ia tidak mau bercinta tanpa sebuah ikatan yang pasti. Semenyebalkan apapun sifat Bianca ia masih punya harga diri, ia tidak rela diperlakukan seperti itu bahkan dengan orang yang ia cintai sekalipun.

Ia menyibak selimut yang menutupi dirinya, melihat tubuhnya yang sudah tidak mengenakan sehelai pun benang, ia menghela napas gusar sesak di dadanya bertambah berkali-kali lipat. Kejadian pahit masa lalu muncul kembali dalam pikiran Bianca, ketika mantan pacarnya berusaha melecehkannya untung saja itu tidak jadi terjadi karena dirinya memberontak dan masih mempunyai kekuatan lebih untuk menolaknya. Berbeda dengan sekarang, entahlah ia harus menyebut dirinya apa, lelaki yang dia sukai melakukan hal yang sama seperti masa dulu.

Bianca terisak sambil menjambaki rambutnya. Di sampingnya ada Angkasa yang masih tertidur lelap. Ia meneguk ludah, lalu menyeka air matanya. Tubuhnya gemetar, sekujur tubuhnya berkeringat dingin.

Ia berniat pergi dari sini sebelum orang yang di sampingnya ini tersadar. Kala menapaki lantai rasa dingin langsung menembus kulitnya. Lalu ia memungut satu persatu pakaiannya kemudian dengan cepat ia mengenakannya kembali.

Sebelum meninggalkan kamar yang penuh tragedi tersebut, ia menatap Angkasa sejenak. Yang di pikirannya adalah Angkasa jahat, Angkasa tidak lebih dari pria hidup belang di luar sana.

"Angkasa kenapa kamu jahat banget, aku kira kamu berbeda ternyata kamu sama aja." Itulah kalimat yang ia ucapkan sebelum akhirnya ia benar-benar pergi.

Keesokan harinya, masih di tempat yang sama sinar matahari yang menelusup masuk lewat celah jendela membangunkan Angkasa. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, sambil menguceknya. Kepalanya terasa berat dan pening, lantas ia mendudukkan badan sambil memegangi kepalanya.

Betapa terkejutnya kala tubuhnya polos tanpa menggunakan pakaian, ia berusaha mengingat kejadian yang terjadi tadi malam. Satu demi satu potongan adegan mulai muncul di kepalanya. Oh tidak, apakah yang terjadi semalam bukan mimpi? Ia telah melakukan hal di luar kendalinya. Dan ia baru sadar kalau gadis yang semalam itu bukan Raya tetapi Bianca.

Ia berdecak. "Oh, shit!" umpatnya. Jika Raya tahu tentang kejadian ini, mampuslah dia. Apa kabar dengan hubungan mereka nanti, apakah Raya tetap akan menerimanya? Apa Raya akan memaafkannya? Bagaimana pun ia akan mencegah hal itu terjadi, ia akan melakukan segala cara agar kejadian ini tidak sampai ke telinga Raya.

Ia terlalu mencintai Raya sampai tidak tega melihat kekasihnya bersedih lagi karena dirinya.

Namun, saat ia melihat sekeliling di kamar ini ia hanya sendiri tidak ada tanda-tanda keberadaan Bianca. Mungkin saja itu benar, kejadian semalam itu hanya mimpi, tetapi sangkalannya itu runtuh kala di sprei ada bercak merah, itu darah.

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang