💔
Katanya kamu mencintaiku, tetapi mengapa kamu selalu membuatku merasa sedih?
💔
Setelah berkumpul dengan anak-anak Universe, Angkasa berniat untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Sebelum akhirnya menjemput kekasihnya yang pulang dari rapat nanti.
"Masih ada waktu," pikirnya.
Ia masuk ke dalam rumah kemudian mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan tetapi tidak mendapati kehadiran sang mama.
"Mama di mana, Bi?" tanyanya.
"Nyonya ada di kamar, Den, agak meriang, tadi bibi cek suhu tubuh Nyonya tinggi banget," tutur Bi Ila -pembantu di rumah Angkasa.
Angkasa terkejut. "Mama sakit?"
"Sepertinya gitu, Den, tadi mau saya panggilin dokter biar diperiksa tapi nyonya nggak mau," lirih Bi Ila ia takut Angkasa akan marah karena tidak bisa menjaga Sarah dengan benar.
"Oke." Tanpa berlama-lama lagi ia melangkah lebar ke kamar sang mama. Ia takut jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan menimpa mamanya.
Di sana ia melihat Sarah yang tengah bersandar di kasur sambil menerawang ke arah jendela dengan tatapan hampa. Wajahnya yang pucat menandakan jika mamanya sedang sakit serius.
Ia memejamkan mata sejenak lalu mendekat ke kasur.
Sarah tak menyadari kehadiran Angkasa hingga kasur tempatnya duduk berdecit menanda ada beban yang bertambah.
Seketika kepala Sarah tergerak ke sumber suara. Ia mendapati anak laki-lakinya yang ternyata duduk di sampingnya.
"Eh anak mama udah pulang? Udah dari tadi pulangnya?" tanya Sarah yang terdengar lemah di telinga Angkasa.
Namun, Angkasa tidak menjawab dan justru mengabaikannya. Ia tahu mamanya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
"Mama sakit?" itulah dua kata yang terlontar dari bibir Angkasa.
Sarah mengulum senyum yang terlihat sangat dipaksakan. "Enggak kok, mama nggak sakit. Cuma rada meriang aja. Jadi kamu nggak usah khawatir." Ia mengusap kepala Angkasa.
"Nggak usah bohong deh Ma, aku tahu mama sakit kan? Kepalanya, tangannya, atau apanya yang sakit?"
"Mama nggak sakit parah sayang, kan mama udah bilang kalo ma-"
Tiba-tiba Angkasa meletakkan telapak tangan kanannya di dahi Sarah, membuat ucapannya berhenti sejenak.
"Tuh kan Ma, Mama demam. Orang panas gini," protes Angkasa.
"Mama bangun, ayo ke rumah sakit," titahnya.
"Tapi sayang..."
"Nggak ada tapi-tapian, Ma, aku nggak aku mau mama jadi sakit lebih parah dari ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASARAYA 2 [END]
Teen Fiction[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta. Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...