Hai freen 👋
Apa kabar?
Sudah siap membaca part ini?
Mari cari tempat duduk yang nyaman, dan jangan lupa baca doa sebelum membaca.
Bismillah...
❤️ HAPPY READING ❤️
Komen setiap paragraf yuk (✷‿✷)
🌼🤍🌼
Perlahan tangan itu mulai membalikkan lembar demi lembar sebuah album foto yang berada dipangkuannya, berisi kenangan dirinya bersama orang-orang terkasihnya. Bibir ranum itu tak hentinya menyunggingkan senyum saat melihat kebersamaannya dengan para sahabatnya waktu SMA dulu.
Ya, walaupun kehidupannya sejak dulu tak lurus dan semulus jalan tol, banyak lika-liku yang menghampiri, ia tetap bangga dengan dirinya sendiri karena bisa melewati itu semua dan masih bertahan hingga saat ini.
Tangannya berhenti saat melihat satu foto, di mana foto itu berisi tiga orang di dalamnya. Mereka tidak foto bersama, hanya saja dirinya yang berada tak jauh dari kedua orang itu tak sengaja ikut dipotret. Di situ nampak seorang laki-laki dan perempuan yang tertawa bersama dengan saling berhadapan. Mereka masih sama-sama menggunakan seragam SMA, karena memang saat itu sedang di sekolah.
Seketika wanita yang tengah duduk di sofa dekat jendela itu menghela napas, angin malam yang dingin berembus melalui celah jendela yang ia buka. Membuat dirinya semakin teringat akan kejadian-kejadian yang pernah menimpanya di masa-masa saat dirinya masih menjalin hubungan dengan kekasihnya dulu.
Lamunan Raya seketika buyar saat ada sesuatu yang melingkar di sekitar lehernya.
“Lagi mikirin apa sih sampai aku panggil nggak denger?” tanya laki-laki itu sambil meletakkan kepalanya di bahu Raya sembari memeluk istrinya itu dari belakang. Memejamkan matanya, menikmati aroma khas dari istrinya itu yang menenangkan. Lelah yang tadinya menghampirinya seketika menguap begitu saja.
“Kamu udah pulang dari kapan? Kok aku gak tahu?” Bukannya menjawab pertanyaan dari suaminya, Raya justru bertanya balik pada Angkasa.
Angkasa menghela napas sejenak. Laki-laki yang memakai setelan jas dan kemeja itu memutar tubuhnya hingga bisa berhadapan dengan Raya, ia bersimpuh di depan istrinya.
“Udah dari tadi, Raya. Lagi mikirin apa sih istriku yang cantik ini, hm? Ada masalah?” Angkasa menatap lekat Raya, tangannya memegang pipi Raya.
Raya menggeleng, ia tersenyum tipis. “Enggak, aku cuma lagi liatin ini.” Tangannya mengangkat album di tangannya.
Satu alis Angkasa terangkat. “Album foto?”
“Iya.”
“Coba liat sini. Eh kamu geser dulu dong yang,”
“Geser ke mana astaga, ini udah sempit loh.” Pasalnya sofa yang didudukinya itu sofa single, yang tentu saja untuk memuat satu orang saja.
Angkasa berpikir sejenak. “Ck. Gini deh, kamu berdiri dulu.”
“Ngapain?”
“Berdiri dulu, sayang.”
“Iya iya...” Raya menuruti perintah suaminya.
Angkasa beralih duduk di sana, lalu menarik tangan Raya agar duduk di pangkuannya hingga membuat perempuan itu memekik tertahan karena perlakuan Angkasa yang tiba-tiba. Dirinya duduk dengan posisi membelakangi suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASARAYA 2 [END]
Dla nastolatków[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta. Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...