🍁
Setelah beberapa waktu lalu Bianca menangisi nasib buruk yang menimpanya. Kini gadis itu tertidur cukup lama di brankar rumah sakit, bunyi dengkuran halus pertanda tidurnya lelap sekali. Dibilang bagaimanapun mereka baru saja kehilangan anak dan naluri calon orang tua tentu saja mereka sangat terpukul akan hal itu, walau caranya tidak benar tetapi tetap saja anak itu adalah darah daging mereka sendiri yang harus mereka jaga apapun resikonya.
Angkasa yang tengah terjaga sendiri, sembari menemani Bianca, ia menatap kosong ke depan. Hatinya berkecamuk tak kalah sesak seperti halnya Raya, kalau saja ia tidak menyetujui pertemuannya dengan Pak Haris dan Bianca waktu itu mungkin semua tidak akan berakhir hancur seperti ini. Kalau boleh jujur, ia masih cinta pada Raya bahkan sangat mencintai Raya tetapi apalah daya ia sudah tidak bisa bersatu dan bersanding lagi dengan gadisnya.
Ia harap setelah ini Raya bisa menemukan sosok pengganti dirinya, yang bisa melindungi Raya lebih baik daripada saat dirinya melindungi Raya. Walau berat Angkasa akan mencoba merelakan, karena ia sadar ini murni kesalahannya dan Raya berhak bahagia.
Untuk masalah gadis di depannya ini, Angkasa berniat untuk bertanggung jawab. Walau tidak ada secuil pun rasa cinta, tapi gadis ini sudah ia renggut kehormatannya yang membuat dirinya mau tidak mau harus bertanggung jawab apalagi Bianca baru saja kehilangan janin yang dikandungnya membuat rasa bersalah Angkasa makin bertambah.
Ia menghela napas panjang, lantas menilik waktu di jam dinding. Sudah sore, pikirnya. Ia harus segera mengantar Bianca pulang, ia tidak mau orang tua Bianca curiga karena pulang terlambat. Bisa-bisa rahasia yang selama ini mereka sembunyikan bisa terbongkar, pasalnya kan sebelum teman-temannya tahu yang mengetahui kemahilan Bianca hanya Angkasa, orang tua Bianca belum mengetahuinya dan Angkasa harap mereka tidak akan pernah mengetahuinya.
"Bi, bangun udah sore," ucap Angkasa.
Belum ada sahutan, Bianca masih tertidur sangat lelap.
"Bangun, hei. Ayo gue anterin lo pulang," ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan pipi Bianca.
"Engh..." responnya dengan mata yang masih terpejam.
"Udah sore, Bi, ayo pulang." Angkasa sedikit menggoyangkan tubuh Bianca berharap gadis itu segera membuka kedua matanya.
Dengan ogah-ogahan Bianca menguap lantas mengerjap-erjapkan mata guna memfokuskan penglihatan. Wajahnya sedikit kaku akibat air mata yang mengering. "Angkasa..."
"Bangun hei, lo mau di sini sampe malem? Biar orang tua lo jadi curiga kalo ada sesuatu yang kita sembunyiin dari mereka?"
Bianca menggeleng pelan.
"Ya udah makanya ayo cepetan pulang."
"Eumb."
Setelah mengemasi barang-barang mereka, mereka mulai beranjak dari sana. Berhubung adminstrasi sudah Angkasa urus di awal, jadi kali ini mereka langsung menuju parkiran di mana mobilnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASARAYA 2 [END]
Teen Fiction[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta. Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...